Kekayaan yang sejati ialah pada saat kita bersyukur selalu dan kemiskinan ialah pada saat kita mengeluh selalu

Wednesday, October 5, 2016

Renungan: Doa yang mengotot kepada Tuhan, apakah dibenarkan dalam Alkitab?


Permasalahan yang harus direnungkan

            Kebimbangan dan kebingungan bagi orang awam yang mendengarkan Firman Tuhan adalah jika pendeta satu dengan yang lainnya mempunyai pandangan yang berbeda mengenai Firman Tuhan. Itulah yang akan dirasakan orang awam yang ingin mencari kebenaran. Dalam hal ini mengenai doapun memberikan pandangan yang berbeda, ada yang berkata kita harus mengotot kepada Tuhan untuk mendapatkan jawaban Tuhan, ada yang berkata menaruh semuanya kepada Tuhan dan biarlah kehendak Tuhan yang jadi.
            Penulispun pernah mengalami hal tersebut sebagai orang awam yang tidak mengerti pengajaran Firman Tuhan, sehingga sebagai orang Kristen yang awam yang harus dilakukan ialah mencari kebenaran yang Alkitabiah. Namun hal tersebut bisa terjebak terhadap kemalasan orang percaya yang tidak mau mencari kebenaran, sehingga kebenaran tesebut bisa menjadi salah dimengerti dan akan mengubah pola pikir yang salah mengenai kebenaran.
            Dalam hal ini, penulisan blog sudut pandang penulis bukan untuk mengeritik para pengkhotbah tetapi sama-sama memberitakan Firman Tuhan yang tepat dan mendewasakan rohani sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan.

Kehendak-Nya bukan keinginan daging manusia

Banyak orang terjebak dengan perkataan harus “Mengotot kepada Tuhan” untuk mendapatkan jawaban dari Tuhan. Dalam 1 Yohanes 5:14-15  “Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya.   Dan jikalau kita tahu, bahwa Ia mengabulkan apa saja yang kita minta, maka kita juga tahu, bahwa kita telah memperoleh segala sesuatu yang telah kita minta kepada-Nya.”
            Apakah Doa dengan mengotot kepada Tuhan adalah kunci mendapat jawaban dari Tuhan? Alkitab menjelaskan “Meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya”. Hal yang dikenan Tuhanlah untuk kebaikan anak-anak-Nya, sehingga apa yang kita doakan jika itu tidak berkenan dihadapan Tuhan tentu tidak diberikan dan sebaliknya jika itu berkenan maka dengan kemurahan-Nya akan diberikan kepada orang percaya. Dalam hal ini orang percaya juga tidak akan meminta sesuatu yang bertentangan dengan kehendak-Nya atau mengikuti hawa nafsunya (Yakobus 4:3 “Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu). Jika, meminta dengan hawa nafsu tentu tidak akan dapat menerima apapun dari hasil doa tersebut. kata tidak menerima apa-apa karena dalam bentuk PIA (Present Indicative Active) dalam bahasa Yunani (Lambanete”) akan berlaku terus menerus dan bisa sampai selama-lamanya tidak menerima apa-apa karena berdoa dengan mengikuti hawa nafsu.
            Dalam hal ini jawaban yang tidak terkabul bukan berarti tidak dijawab oleh Tuhan, bisa saja itulah jawaban dari Tuhan, namun kita akan tetap percaya bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik buat anak-anak-Nya. Mentalitas seperti inilah yang harus dipegang orang percaya, karena apapun jawaban-Nya adalah yang terbaik dan kita sebagai anak-Nya tidak akan kecewa mempunyai Allah yang hidup dan ajaib.

Kesalah-pahaman mengenai Lukas 18:1 “Berdoa dengan tidak jemu-jemu”

            Berdoa dengan tidak jemu-jemu tidak bisa disamakan dengan berdoa secara mengotot. Penulis akan menjelaskan latarbelakang teks yang dapat dilihat dari konteks dekat bahwa Lukas 18:1 berada ditengah-tengah pembahasan parousia (Kedatangan Tuhan Yesus Kembali). Lukas 17:20-37 mengenai parousia hingga masuk dalam perumpamaan Lukas 18:1 dan diakhir dari perumpamaan Lukas 18:8 menegaskan kembali mengenai parousia. Maka mengenai “Berdoa dengan tidak jemu-jemu” berada dalam konteks parousia.
             Perumpamaan tersebut ada seorang janda yang meminta perlindungan “Belalah hakku terhadap lawanku”. Seorang Janda dimata orang Yahudi harus dilindungi dari penjahat, sebab pada saat itu seorang janda dianggap sebagai golongan lemah, dianggap rendah dalam masyarakat. Namun didalam perumpamaan ini seorang janda yang datang menghadap hakim yang tidak takut akan Tuhan namun perkaranya dibela karena “selalu datang kepada hakim”. Apalagi orang percaya yang datang kepada Tuhan yang mengasihi anak-anak-Nya maka akan mendapatkan pemeliharaan masa-masa parousia.
            Dalam hal tersebut kita akan melihat makna dari “Berdoa dengan tidak jemu-jemu”. Berdasarkan dari perumpamaan dan konteks dekat mengenai parousia (kedatangan Tuhan Yesus kembali) bahwa untuk menanti kedatangan-Nya, Tuhan Yesus memberikan pengajaran dengan “Berdoa dengan tidak jemu-jemu” seperti seorang janda meminta hak kepada seorang hakim karena seorang janda yang dianggap lemah saat itu. Apalagi kita yang memiliki Allah yang hidup dan pengasih, mari datang kepada-Nya dengan tidak jemuh-jemuh untuk pemeliharaan-Nya termasuk pemeliharaan iman, sehingga saat kedatangan-Nya iman kita tetap setia kepada Tuhan Yesus Kristus, karena diakhir perumpamaan ini adalah pertanyaan mengenai kesetiaan iman “Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?  Menjaga iman dengan “berdoa dengan tidak jemu-jemu” (menjalin hubungan dengan-Nya)   

            Jadi, kesalah-pahaman “Doa tidak jemu-jemu” berbeda dengan “doa yang harus ngotot minta sesuatu sama Tuhan”. Konteksnyapun juga berbeda sebab doa jemu-jemu untuk memelihara kehidupan kita termasuk iman (kepercayaan total kepada Allah) kita, sehingga saat kedatangan-Nya iman kita tetap setia (Lukas 18:8).


            Kesimpulan, Doa dengan mengotot kepada Allah bukanlah perkataan Alkitab itu adalah perkataan manusia yang tidak berdasarkan Alkitab, sebab Alkitab mengatakan Dia akan mengabulkan doa kita yang berkenan kepada-Nya. Orang percaya memang harus berdoa terus menerus untuk memelihara iman, sehingga kedatangan-Nya bahwa didapati-Nya iman yang masih tetap setia.