Kekayaan yang sejati ialah pada saat kita bersyukur selalu dan kemiskinan ialah pada saat kita mengeluh selalu

Wednesday, September 24, 2014

Injil yang mengubah hidup



1 Tesalonika 1:10

            Sebelum kita membaca renungan ini, tidak menjadi masalah jika kita membaca Kisah Para Rasul 17 yang menjadi Latar Belakang Pemberitaan Injil di Tesalonika.(Kisah Para Rasul 17:3). Orang-orang yang dulunya menyembah berhala sekarang mereka bertobat bahkan menjadi kesaksian yang hidup ke seluruh Asia, bahkan Paulus mengatakan bahwa jemaat Tesalonika mempunyai iman, kasih, dan pengharapan (1 Tesalonika 1:3), ketiga ini juga yang disebut Paulus dalam surat 1 Korintus 13:13 “Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar diantaranya ialah kasih”. Selidik demi selidik ternyata iman, pengharapan dan kasih adalah sebuah kesatuan yang harus dimiliki dalam kehidupan orang percaya, sebab kata kerja “tinggal” dalam bahasa Yunaninya ialah μένει”(Menei)  mempunyai tekanan Singular yang mengambarkan sebuah kesatuan atau tidak lebih dari satu. Ada hal yang menarik kembali kita renungkan, pada saat keadaan tertindaslah jemaat Tesalonika menerima Injil tersebut dengan sukacita dan menantikan kedatangan Anak-Nya dari sorga, sebab mereka telah mempercayai kematian dan kebangkitan Kristus, dan menjadi jemaat yang berdampak  ( 1 Tesalonika 1:6-10).


1.      Injil itulah yang mengubah keadaan seseorang, untuk memiliki iman, pengharapan dan kasih, dalam ketiga hal inilah orang percaya tidak akan goyah walaupun mempunyai sebuah problem kehidupan, sebab ketiga hal tersebut adalah sebuah pondasi yang akan menguatkan jemaat dalam menghadapi badai kehidupan, karena ketiga hal tersebut mengarah kepada Kristus.
2.      Injil itulah yang mengubah keadaan seseorang, untuk memiliki iman, pengharapan dan kasih, ketiga hal inilah yang membuat orang percaya berdampak di dalam lingkungan mereka. (1 Tesalonika 1:7)
3.      Injil itulah yang mengubah keadaan seseorang, untuk memiliki iman, pengharapan dan kasih, ketiga hal inilah yang membuat orang percaya melayani Tuhan dengan antusias dan benar (1 Tesalonika 1:9).

Melakukan     : Bagikanlah kabar baik, sebab Injil mengubah hidup seseorang.

Membagikan : Sharingkan kepada teman-teman komunitas kita dan teman seiman.





Monday, September 8, 2014

Hidup sebagai Keluarga Allah



1 Timotius 3:14-16
            Perkataan Paulus dalam surat 1 Timotius untuk menasehatkan seluruh jemaat dan mengwaspadai pengajaran sesat, serta menasehati dalam memilih pemimpin, penjelasan tentang jabatan, serta tanggung jawab dalam tugas kepemimpinan mereka.
Pada saat kita membaca pada teks renungan hari ini, hal tersebut melatarbelakangi kenapa Paulus berkata kepada Timotius dan jemaat untuk Hidup sebagai keluarga Allah (ayat 15) yakni mereka (jemaat) harus menjadi tiang penopang dan dasar kebenaran?
Dalam hal tersebut mempunyai kaitan pada pasal 4, yaitu banyaknya sebuah ajaran-ajaran sesat sehingga Paulus memberikan nasihat kepada Timotius untuk bisa mengatasi pengajaran sesat, karena pengajaran tersebut dapat mempengaruhi jemaat di Efesus. Paulus menekan pada renungan hari ini untuk hidup sebagai keluarga Allah yang didasarkan dengan perkataan “Tiang penopang dan dasar kebenaran” untuk tidak adanya sebuah pengaruh dari pengajaran sesat.
1.      Tiang Penopang
Tiang Penopang di Efesus, terbuat dari baru marmer dan beberapa di antaranya bertatahkan berlian dan dilapisi emas maka sangat indahlah Tiang Penopang di Efesus.  Paulus mengunakan anologi “Tiang Penopang” yaitu berbicara mengenai karakter yang baik di dalam jemaat yang di dasarkan oleh kebenaran, maka dapat disimpulkan Tiang Penopang ialah mereka yang mengaplikasikan kebenaran Firman Tuhan dalam tindakan untuk tidak menjadi batu sandungan yang membuat jemaat lain lemah dalam rohani, jangan seperti jemaat di Korintus (1 Korintus 5), kehidupan yang tidak sesuai dengan hidup keluarga Allah.
2.      Dasar Kebenaran.
Kata kebenaran dalam perkataan Paulus ialah “Injil ” yang menjadi pondasi dalam jemaat (Kolose 1:5). Maka gereja harus menjadi dasar kebenaran untuk mengatasi pengajaran-pengajaran sesat.

            Maka yang dimaksud “Hidup sebagai Keluarga Allah”, mereka yang saling membangun satu dengan lain dalam kerohanian jemaat, menjadi pelaku Firman Tuhan, dan senantiasa mempelajari kebenaran sehingga dapat berjaga-jaga dalam injil palsu yang menyesatkan.



Melakukan : Menjadi Tiang Penopang dan Dasar Kebenaran adalah dasar menjadi keluarga yang berdampak.

Membagikan : Sharingkan kepada teman seiman dan komunitas yang anda masuk.

Friday, September 5, 2014

Yusuf dan Maria orang Tua yang baik

Lukas 2:41-52.




Pada ayat renungan ini, sebuah kegiatan orang-orang Yahudi yang memiliki kebiasaan untuk merayakan Paskah di Yerusalem (hari raya pembebasan).  Pada ayat 42, menjelaskan umur Tuhan Yesus pada saat itu umur 12 tahun pada saat pergi ke Yerusalem, kenapa dalam hal ini adanya sebuah penegasan umur Tuhan Yesus 12 tahun? Ada apa dengan umur Tuhan Yesus 12 tahun ?
                Dalam hal ini terlihatlah mengenai orang tua yang baik akan mempersiapkan anaknya masuk dalam pembelajaran baru. Pada umur 12 tahun remaja pria akan dididik langsung oleh ayahnya, agar setahun kemudian ia mampu tampil sebagai orang dewasa, sebab pada usia 13 tahun akan diterima sebagai Yudaisme yaitu “anak Taurat (hukum)”, sejalan dengan usia tersebut Yusuf dan Maria mempersiapkan anaknya untuk memulai melatih tugas-tugas keagamaan sebelum pada waktunya melakukan kewajiban tugas tersebut.
                Setelah hari-hari perayaan telah selesai, Tuhan Yesus masi di Yerusalem tanpa diketahui Yusuf dan Maria (Lukas 2:43-46), dan setelah tiga hari Yusuf dan Maria menemukan Tuhan Yesus di Bait Allah. Dalam kejadian hal itu bahwa Yusuf dan Maria sangat memperhatikan Tuhan Yesus, namun jawaban Tuhan Yesus (ayat 49) tidak bisa dinilai sebagai pemberontakan kepada orang tua sebab Tuhan Yesus memberikan sebuah alasan namun Yusuf dan Maria tidak mengerti  dan Tuhan Yesus memberikan teladan untuk mempunyai hubungan dengan Bapa (ayat 49).
Pada ayat 51 “… dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka…”. kata “tetap” mempunyai makna “senantiasa taat, tetap patuh” kepulangan ke Nazaret menunjukkan sebuah ketaatan kepada Yusuf dan Maria. Sedangkan kalimat ini “Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya”, ini tidak dibisa diartikan bahwa Maria seorang pendendam, kata “semua perkara” tidak bisa diartikan sesuatu yang negatif yang dilakukan Tuhan Yesus, namun pada ayat 47 yang membuat semua orang “sangat heran akan kecerdasan-Nya” ini yang membuat Maria menyimpan perkara tersebut dan teringat kembali bahwa anak yang dikandungnya ialah dari benih Roh Kudus. Pada ayat 52, Yusuf dan Maria bertanggung jawab atas pertumbuhan Tuhan Yesus, sebab mempunyai tekanan dalam kata “Makin”, “ Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia”.  
Jadi, dalam renungan ini yang kita dapat ialah “Keluarga yang berdampak dimulai dari orang tua yang bertanggung jawab dan mendidik anaknya baik itu knowledge dan spiritual”.
1.       Yusuf dan Maria mempunyai tanggung jawab pertumbuhan anaknya (ayat 52),
2.       Yusuf dan Maria mendidik anaknya untuk menjadi bijaksana dan menjadi anak yang berkenan bagi Allah (mempersiapkan anaknya dalam mendidik kerohaniannya) ayat 42,52.

Melakukan : Bertanggung jawab mendidik anak dalam pengetahuan dan kerohanian.
Membagikan : Sharing kepada saudara seiman dan orang-orang.