Kekayaan yang sejati ialah pada saat kita bersyukur selalu dan kemiskinan ialah pada saat kita mengeluh selalu

Thursday, February 23, 2017

Gereja jangan tutup mata terhadap generasi selanjutnya yaitu anak-anak (παιδίον)


            Pelayanan kepada anak-anak bukanlah pelayanan rendahan, sebab banyak orang yang melayani sering  membuat kapling-kapling pelayanan, seperti bagian A adalah pelayanan yang besar, bagian B adalah pelayanan tengah, bagian C adalah pelayanan yang bawah atau rendahan. Hal ini yang menjadi kesedihan saat pelayanan anak (sekolah minggu) dianggap pelayanan rendahan bahkan sebagai penitipan anak saja.

            Markus 9:36-37 “Maka Yesus mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka, kemudian Ia memeluk anak itu dan berkata kepada mereka:” Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku. Dan barangsiapa menyambut Aku, bukan Aku yang disambutnya, tetapi Dia yang mengutus Aku.

            Kalimat “ia menyambut Aku” dalam bahasa Yunani δέχεται (Dekhetai) mempunyai makna yang dalam, karena menggunakan indicative present bahwa melayani anak-anak bukanlah setengah-setengah, bukanlah musim-musiman saat paskah dan natal saja, tetapi untuk selama-lamanya sampai kedatangan-Nya kembali, seperti kita menerima Tuhan Yesus Kristus untuk selama-lamanya.
            Dalam hal inilah kita akan melayani anak-anak sebaik mungkin karena melayani anak-anak, sama dengan melayani Allah yang kita sembah. Menyambut anak-anak sama dengan menyambut Dia. Bagaimana mungkin kita pelayan-pelayan Tuhan membuat kopling-kopling pelayanan sehingga menganggap pelayanan sekolah minggu atau pelayanan anak-anak adalah pelayanan rendahan.

Tuhan Yesus Kristus mengatakan bahwa “… barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya”.(Markus 10:15) Kata “anak” dalam bahasa Yunani παιδίον (paidion) ini adalah usia anak yang sedang dididik dan dibentuk. Kenapa mesti seperti anak kecil? Karena mereka mau didik dan diajar. Hal inilah yang dimaksud seperti seorang anak kecil saat kita mau diajar dan didik oleh Firman Tuhan, akan masuk dalam kerajaan-Nya.

Hal inipun juga memberikan kesadaran bahwa anak-anak harus didik dan diajarkan sebaik mungkin mengenai pengenalan akan Tuhan. Jika, anak-anak yang mau dididik dan diajar tetapi menerima pelayan pengajaran yang salah, pelayan pengajaran yang ogah-ogahan karena hanya sebagai titipan dan menganggap pelayanan anak rendahan sama saja kita tidak menyambut Tuhan Yesus Kristus.


Renungan: Evaluasi kembali pelayanan sekolah minggu anak-anak, apakah sudah sesuai dengan Firman-Nya? .

Wednesday, February 22, 2017

Saya ingin cepat dewasa supaya bisa ngerokok seperti Ayah

Saya ingin cepat dewasa supaya bisa ngerokok seperti Ayah
(Orang Tua melarang anaknya merokok, karena masih kecil tidak boleh merokok.
Udah besar boleh dong?)

            Penulis melihat sekarang anak-anak kecil sudah banyak yang merokok bahkan setiap isapan rokok punya gaya masing-masing, tidak kebayangkan rokoknya bisa diputar dengan lidahnya? Dan betapa kagetnya saat anak usia 5-6 tahun berkata dengan polos kepada saya ingin cepat besar kaya papa supaya boleh ngerokok.

            Anak kecil memiliki pandangan yang salah bahwa rokok menjadi tanda dirinya sudah dewasa, maka sekarang banyak anak-anak yang merokok karena ingin diakui sudah dewasa. Tentu pandangan ini salah tetapi akan dianggap benar karena yang dilakukan orang tuanya dianggap benar, siapa yang harus bertanggung jawab? (kita mempunyai pemikiran yang sama siapa yang harus bertanggung jawab).

            Kitab Amsal mengatakan bahwa orang tua yang harus mendidik anak-anaknya hal-hal rohani yang akan diaplikasikan kedalam kehidupan sehari-hari (Amsal 1:8-9). Loh kenapa merokok nyambungnya ke hal-hal rohani, silahkan baca www.sudut-pandang-penulis.blogspot.co.id/2017/01/apakah-orang-kristen-boleh-merokok.html?m=1. Menjadi kesedihan bagi Allah saat orang tua mendidik anaknya tidak sesuai firman Tuhan, termasuk jika anak menganggap bahwa merokok sebagai tanda kedewasaan.

            Biarlah anak-anak mendengarkan pengajaran yang sesuai dengan Firman Allah dari perkataan dan perilaku orang tua, yang telah menjadi orang tua mari kita merenungkan kembali apakah kita sudah mendidik sesuai dengan Firman Tuhan.              

Tuesday, February 21, 2017

Renungan anak muda: Fisik boleh dibully (dihina), rohani tetap bertumbuh.


Belajar dari Zakheus, walaupun pendek namun mempunyai semangat untuk berjumpa dengan Tuhan Yesus. (Lukas 19:1-4)
            
      Manusia mempunyai ciri khas masing-masing dalam pertumbuhan fisik, ada yang pendek, ada yang kurus bahkan ada yang gemuk. Bagi mereka yang melihat kekurangan fisik kita, sering membully kita dengan sebutan-sebutan yang tidak beretika. Ejekan yang diterima mungkin menyakiti hati kita, tetapi dalam hal ini kita belajar bahwa Allah menerima kita apa adanya walaupun kita dilahirkan dalam bentuk fisik pendek, dll.

            Penghinaan yang dilakukan oleh orang lain yang tidak mengerti Firman Allah, jangan menjadi halangan buat kita bertumbuh dalam Tuhan Yesus Kristus. Seberapapun orang yang merendahkan fisik kita, janganlah kecewa tetaplah semangat, karena:

a.       orang yang mencari-Nya,
b.      orang yang percaya kepada-Nya.
c.       orang yang mentaati firman-Nya

Merekalah yang berkenan dihadapan Allah, bukan dari hal-hal yang lahiriah tetapi dari kerinduan hati yang ingin berjumpa dan siap diubah sesuai dengan Firman Tuhan.

Renungan: Keterbatasan fisik bukan berarti menghalangi kita untuk memiliki pertumbuhan rohani dalam pengenalan akan Kristus Yesus Tuhan kita. 

Friday, February 10, 2017

Renungan Kaum Muda: Kenapa saya dilahirkan dengan keadaan yang tidak adil?


            Seorang anak muda merenungkan kelahirannya di tengah-tengah keluarga yang tidak setara dengan teman-temannya. Hal ini membuat anak muda tersebut komplain kepada Tuhan kenapa dilahirkan situasi keluarga yang tidak bisa memenuhi semua keinginannya, dilahirkan di keluarga yang tidak berpendidikan, dilahirkan di kelurga yang  tidak mempunyai jabatan atau kedudukan, dll. Perkataan itu diulangkan kembali bahwa Tuhan tidak adil kepada dirinya.

Syalom, cerita diatas bisa terjadi kepada siapa saja tetapi apakah Tuhan bersalah atas kelahiran kita di dunia ini?  Pola pikir seperti itu tentu tidak sesuai dengan Firman Tuhan, sebab anda mengukur harga diri anda dengan hal-hal yang fana. Orang yang seperti itu saat berjumpa dengan orang yang mempunyai  materi, jabatan, dan kualitas yang lebih tinggi dari dirinya akan merasa dirinya rendah bahkan tidak berarti. Sebagai anak muda yang percaya pada Tuhan Yesus, kita mempunyai status anak-anak Allah, tetapi status tersebut sering kita bandingkan dengan hal-hal yang fana di dunia ini.

Dalam hal ini, nilai kita sebagai anak-anak Allah tidak bisa diukur dengan materi, jabatan, dll. Tetapi nilai kita diukur dengan sikap hidup yang berkenan kepada Allah (Filipi 2:15 “supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia,). Jika, tahap ini anda tidak perlu membandingkan diri anda dengan orang-orang lain, “sebab apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. “  (Kolose 3:23). Kondisi dimanapun anda dilahirkan, kita mempunyai panggilan ilahi, kita mempunyai tanggung jawab di area masing-masing untuk memuliakan Allah atau menjadi terang (Matius 5:16).