Kekayaan yang sejati ialah pada saat kita bersyukur selalu dan kemiskinan ialah pada saat kita mengeluh selalu

Monday, August 14, 2017

BERJUANG UNTUK HIDUP TIDAK BERCACAT




1 Yohanes 3:7-10

Perjuangan menjadi pengikut Tuhan Yesus Kristus ialah berjuang untuk hidup tidak bercacat, tidak hidup dalam dosa. Namun perkataan tersebut sering dipelesetkan oleh pembawa Firman Allah diatas mimbar maupun oleh orang percaya yang lainnya yang tidak mengerti kebenaran sehingga mengatakan wajarlah jika orang percaya masih jatuh dalam dosa, jadi tidaklah masalah. Statement tersebut tidak memperlihatkan perjuangan untuk hidup tidak bercacat.

Firman Allah dalam 1 Yohanes 3: 9 “Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi; sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat dosa, karena ia lahir dari Allah. Perkataan Firman Allah ini sering diprotes oleh orang percaya yang tidak mengerti dalam teks Alkitab, dan berkata: Pak Pendeta mana mungkin saya tidak berbuat dosa lagi, saya masih tinggal dalam tubuh ini. kalimat mengenai “tidak berbuat dosa lagi” harus ditinjau dari teks bahasa Yunani, yaitu οὐ  ποιεῖ (ou poiei) yang memiliki fungsi present active indicative, yang berarti tidak terus menerus berbuat dosa”.

Dalam hal ini makna dari tidak berbuat dosa lagiialah saat seorang memutuskan untuk menjadi pengikut Tuhan Yesus Kristus yang setia, orang percaya harus meninggalkan setiap tabiat dosa yang ada pada dirinya atau mengikis kehidupan masalalunya yang tidak berkenan kepada Allah. Hal tersebut akan membuat tabiat yang baru (pola kehidupan yang baru) untuk berjuang hidup dengan tidak bercacat dihadapan Allah. Kehidupan tersebut akan menuntun kita memiliki kedewasan rohani dan memiliki moral yang sesuai kebenaran Firman Allah.

. Renungan: Menjadi orang percaya tidaklah bisa santai, sebab pemahaman konsep anugrah yang salah akan menjebak orang percaya bertindak semaunya sendiri, karena orang percaya harus berjuang mengandalkan Roh Kudus untuk mengubah kehidupannya sesuai dengan Firman Allah, yaitu berjuang untuk tidak bercacat dihadapan-Nya.

HIDUP BEKELIMPAHAN YANG SESUNGGUHNYA




Yohanes 10:1-10

          

  Salam damai sejahtera, ayat yang sudah kita baca merupakan pengajaran perumpamaan yang diberitakan oleh Tuhan Yesus Kristus, yaitu:

1.      Perumpamaan mengenai gembala dengan domba.

Gembala kita adalah Gembala Agung yaitu Tuhan Yesus Kristus yang akan menuntun kehidupan jemaat-Nya untuk masuk dalam Kerajaan Sorga. Bagaimana caranya agar kita selalu dituntun oleh Gembala Agung Tuhan Yesus Kristus? Mendengar suara-Nya, yaitu dengan membaca, merenungkan Firman Tuhan dan menjadi pelaku Firman Tuhan untuk mengikuti suara-Nya. (Yohanes 10:4-5).

2.      Perumpamaan mengenai pintu untuk domba-domba.

Pintu merupakan jaminan keselamatan bagi domba-domba pada saat itu. Sebab kadang domba yang tidak memiliki pintu lebih mendapatkan ancaman, tetapi adanya pintu mereka terlindungi dari ancaman. “Akulah pintu; barang siapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput. Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.” (Yohanes 10:9-10).

Tuhan Yesus Kristus datang untuk menyelamatkan umat manusia, dan memberikan hidup dan kelimpahan bagi orang percaya. Maksud dari “hidup dan kelimpahan”, yaitu berbicara kualitas kehidupan spiritual bukan berbicara mengenai keuntungan materi (financial), (bahasa Yunani "Ego elthon zoen ekhosin kai perisson ekhosin" Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan..  Jadi, makna dari hidup dan kelimpahan, yaitu  memiliki kehidupan rohani yang berkualitas. Maka orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus sedang dituntun dalam kehidupan rohani yang berkualitas.



Renungan: Orang bisa memiliki harta benda yang sangat banyak, namun untuk memiliki kualitas kehidupan kerohanian tidak bisa dibeli oleh harta benda melainkan melalui persekutuan yang indah bersama Tuhan Yesus Kristus.

Sunday, March 5, 2017

Kehilangan jiwanya karena ingin memiliki dunia.


            Mr. Z melihat dirinya rendah jika tidak memiliki barang yang bermerek (branded), Mr.Z melihat dirinya rendah saat tidak memiliki kedudukan yang tinggi, Mr.Z melihat dirinya rendah jika tidak muter-muter seluruh dunia, Mr.Z melihat dirinya rendah saat tidak meliki mobil dan rumah mewah. Sehingga Mr.Z habis-habisan untuk menaikan derajat dirinya karena harga dirinya ditentu dengan barang-barang tersebut. Hal yang membuat sedih saat mereka memiliki status anak Allah dan menganggap nilai dirinya akan naik jika memiliki barang-barang tersebut. Alkitab tidak pernah melarang kita memiliki barang-barang untuk kebutuhan kehidupan ini, karena Ia akan memelihara setiap kebutuhan kita. Tetapi jika kita memiliki barang tersebut karena harga diri, rangking nilai diri kita naik di dunia tanpa sadar kita merendahkan status anak Allah yang kita gunakan.
Tuhan Yesus berkata “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? (Matius 16:2) Kata “nyawa” menunjuk kepada “hidup atau jiwa” (ψυχὴν). Hal ini memberikan kiasan bahwa mereka menukar jiwa (pikiran, perasaan dan kehendak) dengan kenikmatan dunia, mereka tidak akan memiliki pertumbuhan rohani (ψυχὴν/ dalam jiwa terdapat roh) (Liddell-Scott, Greek Leicon).
Hal ini menjadi sangatlah serius, saat nilai diri kita naik atau tinggi karena perkara-kara dunia maka di ayat selanjutnya “Sebab Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya; pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya”. Termasuk mereka yang menyerahkan jiwa (pikiran, perasaan, kehendak) kepada hal-hal dunia tidak akan mendapatkan upah, sebaliknya mereka yang menyerakan jiwa (pikiran, perasaan, kehendak) untuk menyenangkan hati Allah mendapatkan kehidupan kekal.
Tuhan Yesus berkata: “Setiap orang yang mau mengikuti Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku”. Mari kita sama-sama untuk menyangkal diri bahwa tidak ada kesenangan yang lain selain menyenangkan hati Allah.
Tuhan Yesus berkati.



Thursday, February 23, 2017

Gereja jangan tutup mata terhadap generasi selanjutnya yaitu anak-anak (παιδίον)


            Pelayanan kepada anak-anak bukanlah pelayanan rendahan, sebab banyak orang yang melayani sering  membuat kapling-kapling pelayanan, seperti bagian A adalah pelayanan yang besar, bagian B adalah pelayanan tengah, bagian C adalah pelayanan yang bawah atau rendahan. Hal ini yang menjadi kesedihan saat pelayanan anak (sekolah minggu) dianggap pelayanan rendahan bahkan sebagai penitipan anak saja.

            Markus 9:36-37 “Maka Yesus mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka, kemudian Ia memeluk anak itu dan berkata kepada mereka:” Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku. Dan barangsiapa menyambut Aku, bukan Aku yang disambutnya, tetapi Dia yang mengutus Aku.

            Kalimat “ia menyambut Aku” dalam bahasa Yunani δέχεται (Dekhetai) mempunyai makna yang dalam, karena menggunakan indicative present bahwa melayani anak-anak bukanlah setengah-setengah, bukanlah musim-musiman saat paskah dan natal saja, tetapi untuk selama-lamanya sampai kedatangan-Nya kembali, seperti kita menerima Tuhan Yesus Kristus untuk selama-lamanya.
            Dalam hal inilah kita akan melayani anak-anak sebaik mungkin karena melayani anak-anak, sama dengan melayani Allah yang kita sembah. Menyambut anak-anak sama dengan menyambut Dia. Bagaimana mungkin kita pelayan-pelayan Tuhan membuat kopling-kopling pelayanan sehingga menganggap pelayanan sekolah minggu atau pelayanan anak-anak adalah pelayanan rendahan.

Tuhan Yesus Kristus mengatakan bahwa “… barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya”.(Markus 10:15) Kata “anak” dalam bahasa Yunani παιδίον (paidion) ini adalah usia anak yang sedang dididik dan dibentuk. Kenapa mesti seperti anak kecil? Karena mereka mau didik dan diajar. Hal inilah yang dimaksud seperti seorang anak kecil saat kita mau diajar dan didik oleh Firman Tuhan, akan masuk dalam kerajaan-Nya.

Hal inipun juga memberikan kesadaran bahwa anak-anak harus didik dan diajarkan sebaik mungkin mengenai pengenalan akan Tuhan. Jika, anak-anak yang mau dididik dan diajar tetapi menerima pelayan pengajaran yang salah, pelayan pengajaran yang ogah-ogahan karena hanya sebagai titipan dan menganggap pelayanan anak rendahan sama saja kita tidak menyambut Tuhan Yesus Kristus.


Renungan: Evaluasi kembali pelayanan sekolah minggu anak-anak, apakah sudah sesuai dengan Firman-Nya? .

Wednesday, February 22, 2017

Saya ingin cepat dewasa supaya bisa ngerokok seperti Ayah

Saya ingin cepat dewasa supaya bisa ngerokok seperti Ayah
(Orang Tua melarang anaknya merokok, karena masih kecil tidak boleh merokok.
Udah besar boleh dong?)

            Penulis melihat sekarang anak-anak kecil sudah banyak yang merokok bahkan setiap isapan rokok punya gaya masing-masing, tidak kebayangkan rokoknya bisa diputar dengan lidahnya? Dan betapa kagetnya saat anak usia 5-6 tahun berkata dengan polos kepada saya ingin cepat besar kaya papa supaya boleh ngerokok.

            Anak kecil memiliki pandangan yang salah bahwa rokok menjadi tanda dirinya sudah dewasa, maka sekarang banyak anak-anak yang merokok karena ingin diakui sudah dewasa. Tentu pandangan ini salah tetapi akan dianggap benar karena yang dilakukan orang tuanya dianggap benar, siapa yang harus bertanggung jawab? (kita mempunyai pemikiran yang sama siapa yang harus bertanggung jawab).

            Kitab Amsal mengatakan bahwa orang tua yang harus mendidik anak-anaknya hal-hal rohani yang akan diaplikasikan kedalam kehidupan sehari-hari (Amsal 1:8-9). Loh kenapa merokok nyambungnya ke hal-hal rohani, silahkan baca www.sudut-pandang-penulis.blogspot.co.id/2017/01/apakah-orang-kristen-boleh-merokok.html?m=1. Menjadi kesedihan bagi Allah saat orang tua mendidik anaknya tidak sesuai firman Tuhan, termasuk jika anak menganggap bahwa merokok sebagai tanda kedewasaan.

            Biarlah anak-anak mendengarkan pengajaran yang sesuai dengan Firman Allah dari perkataan dan perilaku orang tua, yang telah menjadi orang tua mari kita merenungkan kembali apakah kita sudah mendidik sesuai dengan Firman Tuhan.              

Tuesday, February 21, 2017

Renungan anak muda: Fisik boleh dibully (dihina), rohani tetap bertumbuh.


Belajar dari Zakheus, walaupun pendek namun mempunyai semangat untuk berjumpa dengan Tuhan Yesus. (Lukas 19:1-4)
            
      Manusia mempunyai ciri khas masing-masing dalam pertumbuhan fisik, ada yang pendek, ada yang kurus bahkan ada yang gemuk. Bagi mereka yang melihat kekurangan fisik kita, sering membully kita dengan sebutan-sebutan yang tidak beretika. Ejekan yang diterima mungkin menyakiti hati kita, tetapi dalam hal ini kita belajar bahwa Allah menerima kita apa adanya walaupun kita dilahirkan dalam bentuk fisik pendek, dll.

            Penghinaan yang dilakukan oleh orang lain yang tidak mengerti Firman Allah, jangan menjadi halangan buat kita bertumbuh dalam Tuhan Yesus Kristus. Seberapapun orang yang merendahkan fisik kita, janganlah kecewa tetaplah semangat, karena:

a.       orang yang mencari-Nya,
b.      orang yang percaya kepada-Nya.
c.       orang yang mentaati firman-Nya

Merekalah yang berkenan dihadapan Allah, bukan dari hal-hal yang lahiriah tetapi dari kerinduan hati yang ingin berjumpa dan siap diubah sesuai dengan Firman Tuhan.

Renungan: Keterbatasan fisik bukan berarti menghalangi kita untuk memiliki pertumbuhan rohani dalam pengenalan akan Kristus Yesus Tuhan kita. 

Friday, February 10, 2017

Renungan Kaum Muda: Kenapa saya dilahirkan dengan keadaan yang tidak adil?


            Seorang anak muda merenungkan kelahirannya di tengah-tengah keluarga yang tidak setara dengan teman-temannya. Hal ini membuat anak muda tersebut komplain kepada Tuhan kenapa dilahirkan situasi keluarga yang tidak bisa memenuhi semua keinginannya, dilahirkan di keluarga yang tidak berpendidikan, dilahirkan di kelurga yang  tidak mempunyai jabatan atau kedudukan, dll. Perkataan itu diulangkan kembali bahwa Tuhan tidak adil kepada dirinya.

Syalom, cerita diatas bisa terjadi kepada siapa saja tetapi apakah Tuhan bersalah atas kelahiran kita di dunia ini?  Pola pikir seperti itu tentu tidak sesuai dengan Firman Tuhan, sebab anda mengukur harga diri anda dengan hal-hal yang fana. Orang yang seperti itu saat berjumpa dengan orang yang mempunyai  materi, jabatan, dan kualitas yang lebih tinggi dari dirinya akan merasa dirinya rendah bahkan tidak berarti. Sebagai anak muda yang percaya pada Tuhan Yesus, kita mempunyai status anak-anak Allah, tetapi status tersebut sering kita bandingkan dengan hal-hal yang fana di dunia ini.

Dalam hal ini, nilai kita sebagai anak-anak Allah tidak bisa diukur dengan materi, jabatan, dll. Tetapi nilai kita diukur dengan sikap hidup yang berkenan kepada Allah (Filipi 2:15 “supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia,). Jika, tahap ini anda tidak perlu membandingkan diri anda dengan orang-orang lain, “sebab apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. “  (Kolose 3:23). Kondisi dimanapun anda dilahirkan, kita mempunyai panggilan ilahi, kita mempunyai tanggung jawab di area masing-masing untuk memuliakan Allah atau menjadi terang (Matius 5:16).