Permasalahan
yang harus direnungkan
Kebimbangan dan kebingungan bagi orang awam yang
mendengarkan Firman Tuhan adalah jika pendeta satu dengan yang lainnya
mempunyai pandangan yang berbeda mengenai Firman Tuhan. Itulah yang akan
dirasakan orang awam yang ingin mencari kebenaran. Dalam hal ini mengenai doapun
memberikan pandangan yang berbeda, ada yang berkata kita harus mengotot kepada
Tuhan untuk mendapatkan jawaban Tuhan, ada yang berkata menaruh semuanya kepada
Tuhan dan biarlah kehendak Tuhan yang jadi.
Penulispun pernah mengalami hal tersebut sebagai orang
awam yang tidak mengerti pengajaran Firman Tuhan, sehingga sebagai orang
Kristen yang awam yang harus dilakukan ialah mencari kebenaran yang Alkitabiah.
Namun hal tersebut bisa terjebak terhadap kemalasan orang percaya yang tidak
mau mencari kebenaran, sehingga kebenaran tesebut bisa menjadi salah dimengerti
dan akan mengubah pola pikir yang salah mengenai kebenaran.
Dalam hal ini, penulisan blog sudut pandang penulis bukan untuk mengeritik para pengkhotbah
tetapi sama-sama memberitakan Firman Tuhan yang tepat dan mendewasakan rohani
sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan.
Kehendak-Nya
bukan keinginan daging manusia
Banyak
orang terjebak dengan perkataan harus “Mengotot kepada Tuhan” untuk mendapatkan
jawaban dari Tuhan. Dalam 1 Yohanes 5:14-15
“Dan inilah keberanian percaya
kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut
kehendak-Nya. Dan jikalau kita tahu,
bahwa Ia mengabulkan apa saja yang kita minta, maka kita juga tahu, bahwa
kita telah memperoleh segala sesuatu yang telah kita minta kepada-Nya.”
Apakah Doa dengan mengotot kepada Tuhan adalah kunci
mendapat jawaban dari Tuhan? Alkitab menjelaskan “Meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya”. Hal yang dikenan
Tuhanlah untuk kebaikan anak-anak-Nya, sehingga apa yang kita doakan jika itu
tidak berkenan dihadapan Tuhan tentu tidak diberikan dan sebaliknya jika itu
berkenan maka dengan kemurahan-Nya akan diberikan kepada orang percaya. Dalam
hal ini orang percaya juga tidak akan meminta sesuatu yang bertentangan dengan
kehendak-Nya atau mengikuti hawa nafsunya (Yakobus 4:3 “Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu
salah berdoa, sebab yang kamu minta itu
hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu”). Jika, meminta
dengan hawa nafsu tentu tidak akan dapat menerima apapun dari hasil doa
tersebut. kata tidak menerima apa-apa karena
dalam bentuk PIA (Present Indicative
Active) dalam bahasa Yunani (Lambanete”)
akan berlaku terus menerus dan bisa sampai selama-lamanya tidak menerima
apa-apa karena berdoa dengan mengikuti hawa nafsu.
Dalam hal ini jawaban yang tidak terkabul bukan berarti
tidak dijawab oleh Tuhan, bisa saja itulah jawaban dari Tuhan, namun kita akan
tetap percaya bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik buat anak-anak-Nya.
Mentalitas seperti inilah yang harus dipegang orang percaya, karena apapun
jawaban-Nya adalah yang terbaik dan kita sebagai anak-Nya tidak akan kecewa
mempunyai Allah yang hidup dan ajaib.
Kesalah-pahaman
mengenai Lukas 18:1 “Berdoa dengan tidak jemu-jemu”
Berdoa dengan tidak jemu-jemu tidak bisa disamakan dengan
berdoa secara mengotot. Penulis akan menjelaskan latarbelakang teks yang dapat
dilihat dari konteks dekat bahwa Lukas 18:1 berada ditengah-tengah pembahasan parousia (Kedatangan Tuhan Yesus
Kembali). Lukas 17:20-37 mengenai parousia
hingga masuk dalam perumpamaan Lukas 18:1 dan diakhir dari perumpamaan
Lukas 18:8 menegaskan kembali mengenai parousia.
Maka mengenai “Berdoa dengan tidak jemu-jemu” berada dalam konteks parousia.
Perumpamaan
tersebut ada seorang janda yang meminta perlindungan “Belalah hakku terhadap lawanku”. Seorang Janda dimata orang Yahudi
harus dilindungi dari penjahat, sebab pada saat itu seorang janda dianggap
sebagai golongan lemah, dianggap rendah dalam masyarakat. Namun didalam
perumpamaan ini seorang janda yang datang menghadap hakim yang tidak takut akan
Tuhan namun perkaranya dibela karena “selalu datang kepada hakim”. Apalagi
orang percaya yang datang kepada Tuhan yang mengasihi anak-anak-Nya maka akan
mendapatkan pemeliharaan masa-masa parousia.
Dalam hal
tersebut kita akan melihat makna dari “Berdoa dengan tidak jemu-jemu”.
Berdasarkan dari perumpamaan dan konteks dekat mengenai parousia (kedatangan Tuhan Yesus kembali) bahwa untuk menanti
kedatangan-Nya, Tuhan Yesus memberikan pengajaran dengan “Berdoa dengan tidak
jemu-jemu” seperti seorang janda meminta hak kepada seorang hakim karena
seorang janda yang dianggap lemah saat itu. Apalagi kita yang memiliki Allah
yang hidup dan pengasih, mari datang kepada-Nya dengan tidak jemuh-jemuh untuk
pemeliharaan-Nya termasuk pemeliharaan iman, sehingga saat kedatangan-Nya iman
kita tetap setia kepada Tuhan Yesus Kristus, karena diakhir perumpamaan ini adalah pertanyaan mengenai kesetiaan iman “Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang,
adakah Ia mendapati iman di bumi? Menjaga iman dengan “berdoa dengan tidak jemu-jemu” (menjalin hubungan dengan-Nya)
Jadi, kesalah-pahaman
“Doa tidak jemu-jemu” berbeda dengan “doa yang harus ngotot minta sesuatu sama
Tuhan”. Konteksnyapun juga berbeda sebab doa jemu-jemu untuk memelihara kehidupan
kita termasuk iman (kepercayaan total kepada Allah) kita, sehingga saat kedatangan-Nya
iman kita tetap setia (Lukas 18:8).
Kesimpulan, Doa dengan mengotot kepada Allah bukanlah
perkataan Alkitab itu adalah perkataan manusia yang tidak berdasarkan Alkitab,
sebab Alkitab mengatakan Dia akan mengabulkan doa kita yang berkenan kepada-Nya.
Orang percaya memang harus berdoa terus menerus untuk memelihara iman, sehingga
kedatangan-Nya bahwa didapati-Nya iman yang masih tetap setia.