Seorang anak muda merenungkan kelahirannya di tengah-tengah
keluarga yang tidak setara dengan teman-temannya. Hal ini membuat anak muda
tersebut komplain kepada Tuhan kenapa dilahirkan situasi keluarga yang tidak bisa
memenuhi semua keinginannya, dilahirkan di keluarga yang tidak berpendidikan,
dilahirkan di kelurga yang tidak mempunyai
jabatan atau kedudukan, dll. Perkataan itu diulangkan kembali bahwa Tuhan tidak
adil kepada dirinya.
Syalom,
cerita diatas bisa terjadi kepada siapa saja tetapi apakah Tuhan bersalah atas
kelahiran kita di dunia ini? Pola pikir
seperti itu tentu tidak sesuai dengan Firman Tuhan, sebab anda mengukur harga
diri anda dengan hal-hal yang fana. Orang yang seperti itu saat berjumpa dengan
orang yang mempunyai materi, jabatan, dan
kualitas yang lebih tinggi dari dirinya akan merasa dirinya rendah bahkan tidak
berarti. Sebagai anak muda yang percaya pada Tuhan Yesus, kita mempunyai status
anak-anak Allah, tetapi status tersebut sering kita bandingkan dengan hal-hal
yang fana di dunia ini.
Dalam
hal ini, nilai kita sebagai anak-anak
Allah tidak bisa diukur dengan materi, jabatan, dll. Tetapi nilai kita
diukur dengan sikap hidup yang berkenan kepada Allah (Filipi 2:15 “supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda,
sebagai anak-anak Allah yang tidak
bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini,
sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia,).
Jika, tahap ini anda tidak perlu membandingkan diri anda dengan orang-orang
lain, “sebab apapun juga yang kamu
perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk
manusia. “ (Kolose 3:23). Kondisi
dimanapun anda dilahirkan, kita mempunyai panggilan ilahi, kita mempunyai
tanggung jawab di area masing-masing untuk memuliakan Allah atau menjadi terang
(Matius 5:16).
No comments:
Post a Comment