Kekayaan yang sejati ialah pada saat kita bersyukur selalu dan kemiskinan ialah pada saat kita mengeluh selalu

Thursday, October 16, 2014

Allah rindu untuk manusia memperoleh “Keselamatan”, namun Allah tidak menetapkan seseorang untuk masuk neraka.





Penulis menulis artikel ini karena mempunyai pandangan mengenai Keselamatan yang berkenan dengan kedaulatan Allah, tetapi juga mempunyai tanggung jawab dari manusia.


A. Kedaulatan Allah

Apakah Allah berdaulat ? benarlah Allah berdaulat karena Ia Sang-pencipta langit dan bumi, bahkan ayat-ayat dalam Alkitab pun mengatakan bahwa Allah berdaulat, Alkitab juga berkata secara jujur bahwa Allah dapat mengontrol kehidupan manusia atau keadaan manusia, seperti memberikan sebuah penglihatan mengenai mimpi Yusuf kepada suadara-suadaranya (Kejadian 37:5-11). Dalam hal ini penglihatan mimpi Yusuf pun bisa terjadi secara nyata karena ia juga mempunyai sebuah tanggung jawab untuk tetap takut akan Tuhan, taat dan setia kepada-Nya, sehingga pengenapan tersebut terjadi. Inilah sebuah ke daulatan Allah namun juga mempunyai tanggung jawab manusia yang dapat terlihat dari “keputusan Yusuf untuk lari dari isteri Potifar itulah dari pilihan/keputusan Yusuf untuk tetap taat kepada Allah, bukan dari penetapan Allah yang sudah mengontrol Yusuf untuk lari (Kejadian 39:11-20).
Nuh pun mendapatkan sebuah kasih karunia Allah yang berdaulat (Kejadian 6:8, namun Nuh juga mempunyai sebuah tanggung jawab yaitu menjadi orang yang benar dihadapan Allah dan taat terhadap perintah Allah (Kejadian 6:22). Terlihatlah Kedaulatan Allah dan tanggung jawab manusia.
Dalam Perjanjian Baru, Tuhan Yesus berkata dalam Matius 10:29 “ Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekorpun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu”, yang mengambarkan bahwa Allah pun berdaulat terhadap setiap ciptaan-Nya dan Allah yang maha mengetahui.

B. Tanggung jawab.

Dalam Alkitab pun juga mengakui mengenai tanggung jawab manusia, dan respon manusia untuk bertobat, yang terlihat dari kata “bertobat” tercatat 59 kali (E-Sword). Sebab Kedaulatan pun tidak bisa dipisahkan dengan tanggung jawab manusia dan menjadi sebuah pandangan yang salah jika menganggap kedaulatan sangatlah penuh sehingga tidak terlihatnya tanggung jawab manusia, maka mempunyai pola pikir penetapan Allah tanpa tanggung jawab manusia, yang seakan-akan orang yang masuk surga sudah ditentukan dari awal dan orang yang masuk neraka sudah ditentukan oleh Allah, maka tidaklah terlihat kehendak bebas manusia untuk memilih dan mempertanggung jawabkan pilihannya atau keputusannya tersebut.
Allah meminta manusia untuk bertanggung jawab Matius 12:36 “Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman”, Allah tidak mengerakan kata-kata atau keputusan apa yang manusia pilih, sehingga mengenai Allah berdaulat bukan berarti setiap kelakuan manusia Allah yang mengsettingnya. Begitu juga tidak bisa dikatakan manusia masuk dalam neraka karena sudah ditetapkan dari semula, perkataan Paulus dalam surat  1 Timotius 2:4 “yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran”.

C. Keselamatan.

Setelah melihat adanya kedaulatan Allah dan tanggung jawab manusia mengenai keselamatan, maka karya keselamatan tidak bisa dilepaskan dari kedaulatan Allah dan tanggung jawab manusia. Allah berdaulat penuh terhadap ciptaan-Nya dan manusia juga mempunyai tanggung jawab, sehingga janganlah mempunyai pandangan Allah yang berdaulat dan manusia dicontrol oleh Allah tanpa memikirkan bahwa manusia juga mempunyai tanggung jawab. Apa yang disingkapkan oleh Allah dalam Alkitab bahwa Allah berdaulat dan manusia juga mempunyai tanggung jawab bukanlah menjadi suatu misteri karena sudah disingkapkan Allah dalam Alkitab mengenai Kedaulatan Allah dan tanggung jawab manusia.
Bagi mereka menitik beratkan kepada Kedaulatan Allah tanpa melihat tanggung jawab manusia dengan menggunakan ayat Alkitab dalam Matius 10:29 -30 “Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekor pun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu. Dan kamu, rambut kepalamupun terhitung semuanya.” Benarlah ini adalah sebuah kedaulatan Allah dan terlihat kemahatahuan Allah, bahwa setiap hal yang kecil Allah maha mengetahuinya, begitu juga Allah mengetahui keputusan manusia dan memberikan kepada manusia untuk secara bebas mengambil keputusan dan setiap keputusan adanya sebuah tanggung jawab manusia.

D. Kesimpulan.

Dalam hal ini penulis tidak menitik beratkan kepada Kedaulatan Allah, dan tidak menitik beratkan kepada tanggung jawab manusia, namun penulis lebih mengarah sekaligus kepada Kedaulatan Allah terhadap penciptaan-Nya dan tanggung jawab manusia terhadap keputusannya. Dalam hal ini mempunyai maksud bahwa kedaulatan Allah dan tanggung jawab manusia tidak dipisahkan mengenai karya keselamataan.

Mengapa Tak Berbuah


Matius 13:18-22



Dalam renungan ini, kita akan berbicara mengenai perumpamaan mengenai penabur benih dengan tanah yang berbeda-beda. Mengenai “benih” tersebut ialah mengenai firman tentang Kerajaan Sorga, sedangkan mengenai “tanah”. tidak berbicara mengenai karakter seseorang, namun lebih tepatnya ialah cara menerima Firman tentang Kerajaan Sorga. Pada saat firman tentang Kerajaan Sorga di taburkan maka keputusan dari setiap individu yang menentukan di tanah mana ia harus berada. Yang dipaparkan oleh Tuhan Yesus ada 4 tanah, yaitu :

a. Tanah di pinggir jalan  Ayat 19 ( karena tidak mengertinya mengenai kabar tentang Kerajaan Sorga ) yang dimaksud dengan kata “tidak mengerti” ialah menganggap sesuatu berita yang tidak penting, sebab kata tidak mengerti mempunyai kata dasar yang sama dengan Tidak berakal budi (Roma 3:11) yang tidak menganggap penting sebuah kebenaran dan tidak mencari Allah. Maka mereka yang tidak mengerti karena menganggap rendah sebuah kabar kerajaan Sorga menjadi kesempatan bagi  si jahat = Setan (The Evil = The Devil) untuk merampasnya.
b. Tanah yang berbatu-batu  Ayat 20-21 ( Mereka menerima dengan sukacita namun penindasan atau penganiayaan karena firman membuatnya murtad ), Seseorang bisa menerima dengan sukacita pada keadaan nyaman atau tidak terancam, namun ujian iman dan kesetiaan akan terlihat pada keadaan yang tidak nyaman atau di luar zona nyaman. Tuhan Yesus mengatakan bahwa orang yang mengikuti-Nya akan mengalami celaan, dianiaya, fitnahan, karena nama-Nya, ( Matius 5:11,12 dan 10:22) namun Tuhan Yesuspun berkata “Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga,…” Matius 5:12 dan “…tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat” Matius 10:22.
c. Di tengah semak berduri  Ayat 22 ( Kekuatiran dunia dan tipu daya kekayaan yang membuat firman tidak berbuah ). Kekuatiran dunia mengarah kepada kehidupan sehari-hari manusia yang telah Tuhan Yesus beritakan di Bukit (Matius 6:25-34), peringatan ini sangatlah serius sebab kekuatiran membuatnya untuk tidak percaya kepada Kristus dan mencari hal-hal seperti bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah (Mat 6:32). Begitu juga mengenai kekayaan atau “the delight in riches” (kenikmatan kekayaan) yang membuatnya buta terhadap Firman yang telah ditabur.(Lukas 18:25).
d. Di Tanah yang baik  ayat 23 ( Mendengar Firman dan mengerti). kata “mengerti” dari kata συνιείς (Sunieis) memiliki arti memperhatikan dengan sungguh-sungguh sehingga tertanam dalam hati dan melakukannya, maka hidupnya bertumbuh dan berbuah. Hal ini juga yang disampaikan oleh Paulus kepada jemaat Roma, “agar kita berbuah bagi Allah” yaitu hidup menjadi milik-Nya (Roma 7:4).



Melakukan : Berbuah bagi Allah, yaitu hidup menjadi milik-Nya.
Membagikan : Sharingkan kepada teman-teman komunitas kita dan teman seiman.

Wednesday, October 15, 2014

Peran Jemaat awam dalam PI


Kisah Para Rasul 11:19-26

            Pada saat kita membaca ayat renungan ini, sangatlah indah isi setiap firman Tuhan yang akan kita bahas yaitu mengenai pemberitaan Injil.
Pada waktu saat itu dalam memberitakan Injil sangat penuh pengorbanan bahkan akan mengalami penganiayaan hingga kematian, namun ada yang menarik pada ayat 19 yaitu kematian Stefanus karena penganiayaan oleh anggota-anggota Mahkamah (KPR 7), tidak membuat Injil itu berhenti melainkan Injil tersebut meluas.
Pemberitaan Injil tersebut sampai pada Antiokhia di Siria, di mana mayoritas penduduk tersebut ialah orang non Yahudi dan orang Yunani yang menyembah dewa-dewa dan mempunyai ritual pelacuran sebagai upacara. Dalam Pemberitaan Injil tersebut menjadi sebuah karya keselamatan bagi orang non Yahudi dan orang Yunani karena telah mempercayai  bahwa Yesus adalah Tuhan (ayat 21) “Dan tangan Tuhan menyertai mereka dan sejumlah besar orang menjadi percaya dan berbalik kepada Tuhan”.
Kabar mengenai pertobatan di Antiokhia terdengar sampai kepada jemaat di Yerusalem, sehingga dari jemaat Yerusalem mengutus Barnabas sebagai penasihat mereka, supaya mereka semua tetap setia kepada Tuhan (ayat 24) karena setiap situasi bisa mengombang-ambingkan kepercayaan mereka (Penganiayaan atau ajaran sesat penyembahan berhala). Barnabas membutuhkan sebuah patner dalam mengajar, sehingga ia mencari Saulus (Paulus) untuk mengajar bersama di Antiokhia. Peristiwa tersebut juga menjadi awal pengikut Kristus di sebut sebagai Kristen.


 Dalam renungan ini kita mendapatkan beberapa hal yang berharga untuk peran Jemaat awam dalam Pemberitaan Injil, yaitu :
1.      Memberitakan Injil dalam segala kondisi yang dilakukan oleh jemaat.  Seperti kematian Stefanus tidak menjadi penghalang dalam memberitakan Injil. (Kisah Para Rasul 11:19)
2.      Tangan Tuhan menyertai dalam pemberitaan Injil. (Kisah Para Rasul 11:21)
3.      Harus belajar kepada Hamba Tuhan dalam pengajaran Firman Tuhan untuk tetap setia dan tidak terombang-ambing dalam pengajaran sesat.  (Barnabas dan Paulus mengajarkan kepada jemaat Antiokhia). (Kisah Para Rasul 11:26)


Melakukan :  Pemberitaan Injil adalah tugas seluruh jemaat yang dimulai dari lingkungan kita berada.

Membagikan : Sharingkan kepada komunitas seiman di lingkungan kita.

Monday, October 13, 2014

Belas Kasihan dalam PI



Matius 9 :35 – 38

            Pada saat manusia jatuh dalam dosa, bahwa Allah inisiatif menyelamatkan manusia sebab manusia tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri. Dalam hal ini pun Tuhan Yesus mencari domba-domba yang terhilang, yang membuktikan Kasih Kristus terhadap ciptaan-Nya. Dalam hal ini menyangkal pengajaran mengenai manusia masuk surga atau neraka karena sudah di tetapkan dari awal penciptaan. Allah tidak menetapkan seseorang untuk masuk neraka, sebab kerinduan-Nya agar seluruh manusia diselamatkan (kasih yang nyata)  “ dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan.” (Mat 9 : 35),  “… tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala.” (Mat 9:36)
1.      Dalam pemberitaan Injil Kerajaan Sorga, adanya “Belas Kasihan” yang mengunakan analogi “Gembala”. Tuhan Yesus berkata “.. seperti domba yang tidak bergembala”(ayat 36). Allah yang akan menjadi gembala, yang akan memelihara jiwa mereka (1 Petrus 2:25).  
2.      Dalam pemberitaan Injil Kerajaan Sorga, menggunakan kata “Tuain”, “Tuaian memang banyak tetapi pekerja sedikit” yang digunakan bagi para pekerja kebun atau petani (Yohanes 4:35), sehingga dalam makna teks ini berbicara “tuain” mengacu kepada orang yang siap menanggapi karya keselamatan, di mana ada pekerja-pekerja untuk tuaian ( utusan yang akan memberitakan kepada mereka mengenai kabar keselamatan yaitu Injil Kerajaan Sorga ).

Tuhan Yesus yang menjadi sebuah teladan untuk mempunyai hati belas kasihan pada orang-orang yang tidak mengenal Kristus (jiwanya terlantar) dengan cara memberitakan kabar baik.
( Beritakanlah Injil dan Allah akan menyertai selalu pekerja-pekerja-Nya, sebab tuaian telah menguning)

Melakukan :          Mempunyai hati yang belas kasihan terhadap jiwa-jiwa yang terlantar untuk memberitakan Injil Kerajaan Sorga.
Membagikan:        Sharingkan kepada Komunitas kita dan teman-teman seiman.


Wednesday, September 24, 2014

Injil yang mengubah hidup



1 Tesalonika 1:10

            Sebelum kita membaca renungan ini, tidak menjadi masalah jika kita membaca Kisah Para Rasul 17 yang menjadi Latar Belakang Pemberitaan Injil di Tesalonika.(Kisah Para Rasul 17:3). Orang-orang yang dulunya menyembah berhala sekarang mereka bertobat bahkan menjadi kesaksian yang hidup ke seluruh Asia, bahkan Paulus mengatakan bahwa jemaat Tesalonika mempunyai iman, kasih, dan pengharapan (1 Tesalonika 1:3), ketiga ini juga yang disebut Paulus dalam surat 1 Korintus 13:13 “Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar diantaranya ialah kasih”. Selidik demi selidik ternyata iman, pengharapan dan kasih adalah sebuah kesatuan yang harus dimiliki dalam kehidupan orang percaya, sebab kata kerja “tinggal” dalam bahasa Yunaninya ialah μένει”(Menei)  mempunyai tekanan Singular yang mengambarkan sebuah kesatuan atau tidak lebih dari satu. Ada hal yang menarik kembali kita renungkan, pada saat keadaan tertindaslah jemaat Tesalonika menerima Injil tersebut dengan sukacita dan menantikan kedatangan Anak-Nya dari sorga, sebab mereka telah mempercayai kematian dan kebangkitan Kristus, dan menjadi jemaat yang berdampak  ( 1 Tesalonika 1:6-10).


1.      Injil itulah yang mengubah keadaan seseorang, untuk memiliki iman, pengharapan dan kasih, dalam ketiga hal inilah orang percaya tidak akan goyah walaupun mempunyai sebuah problem kehidupan, sebab ketiga hal tersebut adalah sebuah pondasi yang akan menguatkan jemaat dalam menghadapi badai kehidupan, karena ketiga hal tersebut mengarah kepada Kristus.
2.      Injil itulah yang mengubah keadaan seseorang, untuk memiliki iman, pengharapan dan kasih, ketiga hal inilah yang membuat orang percaya berdampak di dalam lingkungan mereka. (1 Tesalonika 1:7)
3.      Injil itulah yang mengubah keadaan seseorang, untuk memiliki iman, pengharapan dan kasih, ketiga hal inilah yang membuat orang percaya melayani Tuhan dengan antusias dan benar (1 Tesalonika 1:9).

Melakukan     : Bagikanlah kabar baik, sebab Injil mengubah hidup seseorang.

Membagikan : Sharingkan kepada teman-teman komunitas kita dan teman seiman.





Monday, September 8, 2014

Hidup sebagai Keluarga Allah



1 Timotius 3:14-16
            Perkataan Paulus dalam surat 1 Timotius untuk menasehatkan seluruh jemaat dan mengwaspadai pengajaran sesat, serta menasehati dalam memilih pemimpin, penjelasan tentang jabatan, serta tanggung jawab dalam tugas kepemimpinan mereka.
Pada saat kita membaca pada teks renungan hari ini, hal tersebut melatarbelakangi kenapa Paulus berkata kepada Timotius dan jemaat untuk Hidup sebagai keluarga Allah (ayat 15) yakni mereka (jemaat) harus menjadi tiang penopang dan dasar kebenaran?
Dalam hal tersebut mempunyai kaitan pada pasal 4, yaitu banyaknya sebuah ajaran-ajaran sesat sehingga Paulus memberikan nasihat kepada Timotius untuk bisa mengatasi pengajaran sesat, karena pengajaran tersebut dapat mempengaruhi jemaat di Efesus. Paulus menekan pada renungan hari ini untuk hidup sebagai keluarga Allah yang didasarkan dengan perkataan “Tiang penopang dan dasar kebenaran” untuk tidak adanya sebuah pengaruh dari pengajaran sesat.
1.      Tiang Penopang
Tiang Penopang di Efesus, terbuat dari baru marmer dan beberapa di antaranya bertatahkan berlian dan dilapisi emas maka sangat indahlah Tiang Penopang di Efesus.  Paulus mengunakan anologi “Tiang Penopang” yaitu berbicara mengenai karakter yang baik di dalam jemaat yang di dasarkan oleh kebenaran, maka dapat disimpulkan Tiang Penopang ialah mereka yang mengaplikasikan kebenaran Firman Tuhan dalam tindakan untuk tidak menjadi batu sandungan yang membuat jemaat lain lemah dalam rohani, jangan seperti jemaat di Korintus (1 Korintus 5), kehidupan yang tidak sesuai dengan hidup keluarga Allah.
2.      Dasar Kebenaran.
Kata kebenaran dalam perkataan Paulus ialah “Injil ” yang menjadi pondasi dalam jemaat (Kolose 1:5). Maka gereja harus menjadi dasar kebenaran untuk mengatasi pengajaran-pengajaran sesat.

            Maka yang dimaksud “Hidup sebagai Keluarga Allah”, mereka yang saling membangun satu dengan lain dalam kerohanian jemaat, menjadi pelaku Firman Tuhan, dan senantiasa mempelajari kebenaran sehingga dapat berjaga-jaga dalam injil palsu yang menyesatkan.



Melakukan : Menjadi Tiang Penopang dan Dasar Kebenaran adalah dasar menjadi keluarga yang berdampak.

Membagikan : Sharingkan kepada teman seiman dan komunitas yang anda masuk.

Friday, September 5, 2014

Yusuf dan Maria orang Tua yang baik

Lukas 2:41-52.




Pada ayat renungan ini, sebuah kegiatan orang-orang Yahudi yang memiliki kebiasaan untuk merayakan Paskah di Yerusalem (hari raya pembebasan).  Pada ayat 42, menjelaskan umur Tuhan Yesus pada saat itu umur 12 tahun pada saat pergi ke Yerusalem, kenapa dalam hal ini adanya sebuah penegasan umur Tuhan Yesus 12 tahun? Ada apa dengan umur Tuhan Yesus 12 tahun ?
                Dalam hal ini terlihatlah mengenai orang tua yang baik akan mempersiapkan anaknya masuk dalam pembelajaran baru. Pada umur 12 tahun remaja pria akan dididik langsung oleh ayahnya, agar setahun kemudian ia mampu tampil sebagai orang dewasa, sebab pada usia 13 tahun akan diterima sebagai Yudaisme yaitu “anak Taurat (hukum)”, sejalan dengan usia tersebut Yusuf dan Maria mempersiapkan anaknya untuk memulai melatih tugas-tugas keagamaan sebelum pada waktunya melakukan kewajiban tugas tersebut.
                Setelah hari-hari perayaan telah selesai, Tuhan Yesus masi di Yerusalem tanpa diketahui Yusuf dan Maria (Lukas 2:43-46), dan setelah tiga hari Yusuf dan Maria menemukan Tuhan Yesus di Bait Allah. Dalam kejadian hal itu bahwa Yusuf dan Maria sangat memperhatikan Tuhan Yesus, namun jawaban Tuhan Yesus (ayat 49) tidak bisa dinilai sebagai pemberontakan kepada orang tua sebab Tuhan Yesus memberikan sebuah alasan namun Yusuf dan Maria tidak mengerti  dan Tuhan Yesus memberikan teladan untuk mempunyai hubungan dengan Bapa (ayat 49).
Pada ayat 51 “… dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka…”. kata “tetap” mempunyai makna “senantiasa taat, tetap patuh” kepulangan ke Nazaret menunjukkan sebuah ketaatan kepada Yusuf dan Maria. Sedangkan kalimat ini “Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya”, ini tidak dibisa diartikan bahwa Maria seorang pendendam, kata “semua perkara” tidak bisa diartikan sesuatu yang negatif yang dilakukan Tuhan Yesus, namun pada ayat 47 yang membuat semua orang “sangat heran akan kecerdasan-Nya” ini yang membuat Maria menyimpan perkara tersebut dan teringat kembali bahwa anak yang dikandungnya ialah dari benih Roh Kudus. Pada ayat 52, Yusuf dan Maria bertanggung jawab atas pertumbuhan Tuhan Yesus, sebab mempunyai tekanan dalam kata “Makin”, “ Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia”.  
Jadi, dalam renungan ini yang kita dapat ialah “Keluarga yang berdampak dimulai dari orang tua yang bertanggung jawab dan mendidik anaknya baik itu knowledge dan spiritual”.
1.       Yusuf dan Maria mempunyai tanggung jawab pertumbuhan anaknya (ayat 52),
2.       Yusuf dan Maria mendidik anaknya untuk menjadi bijaksana dan menjadi anak yang berkenan bagi Allah (mempersiapkan anaknya dalam mendidik kerohaniannya) ayat 42,52.

Melakukan : Bertanggung jawab mendidik anak dalam pengetahuan dan kerohanian.
Membagikan : Sharing kepada saudara seiman dan orang-orang.



Tuesday, July 22, 2014

Keluarga adalah Desain Tuhan


Kejadian 1:27-28; 2:18-25.

            Pada saat membaca renungan ini, teringatlah pepatah dari Barat yaitu “Perempuan diciptakan oleh Tuhan dengan tulang rusuk, bukan tulang kepala supaya jangan keduanya jadi kepala, bukan tulang kaki supaya perempuan tidak diinjak-injak lelaki.”

Hal ini kita harus pahami bahwa Keluarga adalah rencana dari penciptaan Allah, bahkan pada saat manusia jatuh dalam dosa, dibutuhkannya sebuah keluarga untuk memperoleh janji Allah dari keturunan Abraham, dari keturunan Yehuda yaitu Daud akan datang seorang Messias untuk menebus dosa manusia dan kita mengetahui hal itu tidak disukai oleh Iblis. Begitu juga, jika Keluarga adalah desain Tuhan berarti Tuhan mempunyai tujuan dari sebuah keluarga, dan kita mengetahui bahwa Iblis tidak suka dengan desain Tuhan mengenai keluarga.


            Sebab Tuhan mempunyai tujuan dalam keluarga, yaitu :
1.      Dimulai dari keluargalah Kasih itu diterapkan, mengasihi Allah, mengasihi suami, istri, dan anak. ( I Korintus 7:3; Titus 2: 4; Matius 22: 37-40).
2.      Dimulai dari Keluargalah pengajaran dan gaya kehidupan untuk takut akan Tuhan (Ulangan 4:10).
3.      Dimulai dari Keluargalah untuk sebagai Duta Kristus yang memberikan telandan dan menjadi saksi-saksi Kristus (Titus 2:1-10).
4.      Dimulai  dari Keluargalah mempunyai generasi anak muda yang mengasihi Allah, sehingga Yohanes  memberikan tekanan untuk generasi muda untuk takut akan Dia ( 1 Yohanes 2:13-17).
Dari keluargalah adanya sebuah visi keselamatan untuk seluruh bangsa, sehingga namanya Keluarga yang takut akan Tuhan, Keluarga yang menjadi saksi Kristus, itulah yang Iblis tidak sukai dan akan berusaha merusaknya hubungan keluarga, sehingga inilah menjadi peringatan bagi setiap keluarga, untuk tetap pada tujuan Allah medesain Keluarga.



Melakukan : Keluarga yang takut akan Tuhan dan menjadi duta Kristus, sebab itu tujuan Allah mendesain Keluarga.
Membagikan : Sharingkan kepada teman seiman.


Sunday, July 20, 2014

Tekun melayani Tuhan



2        Timotius 2:8-13

            Syalom… Pada saat kita membaca dan merenungkannya kembali berulang-ulang pasti kita akan mendapatkan renungan-renungan yang menguatkan hidup kita. Inilah sebuah perintah Rasul Paulus kepada Timotius (ay 8) untuk mengingat kebangkitan Kristus, karena ini adalah sebuah jantung Injil yang harus disampaikan kepada orang-orang yang belum percaya, dan dalam hal inipun Paulus sudah tekankan dalam 2 Tim 1:10-12 adanya sebuah pemeliharaan Allah pada saat meyalani dalam pemberitaan injil-Nya,  dan tidak usahlah malu dalam memberitakan injil.

Pada saat kita melihat dalam ayt 9 ini sebuah pengalaman Paulus, yaitu mengalami penderitaan, bahkan dibelenggu seperti seorang yang penjahat. Kalimat  belenggu seperti seorang yang penjahat  è ini sebuah ungkapan  yang telah dialami Paulus yaitu masuk dalam penjara, sebab hanya “dipenjaralah seseorang dibelenggu seperti seorang yang jahat, kecuali tahanan rumah pada saat itu” inipun yang Paulus ungkapkan pada 2 Timotius 4:16-17, tetapi Firman Allah tidak akan terbelenggu tetapi akan tetap tersebarlah Firman Allah.

Apa yang Paulus lakukan ialah keinginan hati-Nya Allah, yah jelas Paulus mengerti isi hati-Nya Allah Yoh 3:16;10:28, kerinduan Allahlah yang Paulus lakukan “supaya mereka juga mendapatkan sebuah keselamatan dengan kemuliaan yang kekal”Sedangkan dalam ayat 11-13, sebuah perkataan tekanan “Benarlah perkataan ini”inilah tekanan Paulus bahwa perkataan ini dijamin benar seperti dalam (1 Tim 1:15; 3:1; 4:9; Tit 3:8) dan Kebenaran yang Paulus tekankan yaitu sebuah jaminan dalam pemberitaan Injil dan kepercayaan pada Injil.

Dalam hal ini kita mendapat aplikasi renungan dari setiap kebenaran renungan pada hari ini :

1.      Melayani bukan untuk diri sendiri, tetapi karena kematian dan kebangkitan Kristus yang telah menebus dosa kita. (ay 8) sehingga kita harus mengingat dan menjadi dasar kita melayani.

2.      Melayani sebagai ungkapan isi hati Tuhan, sehingga apa yang Tuhan rindukan itulah yang kita rindukan dan yang akan membuat kita bertahan dalam segala kondisi pelayanan (ay 10).

3.      Melayani dengan sungguh-sungguh tidak akan sia-sia, sebab Dia menjanjikan kita bersama-sama dalam Kerajaan-Nya (ay 11-14).
Tulisan Paulus kepada anak Rohani yaitu Timotius, untuk Timotius mengikuti teladan Paulus yaitu “TEKUN MELAYANI TUHAN” 

Melakukan : Melayani dengan Tekun dan sungguh-sungguh dihadapan Tuhan bukan dihadapan manusia.
Membagikan : Sharingkan terhadap teman seiman dan rekan pelayanan



Wednesday, July 16, 2014

Pertobatan dan Taat kepada Bapa


Matius 21:28-32



Syalom… penulis yakin bahwa banyak yang kita dapati dalam teks bacaan renungan ini, pada saat kita membacanya ulang-ulang dan merenungkan pesan apa yang terdapat dalam ayat renungan ini, pasti ada poin yang akan kita dapati untuk menjadi aplikasi dalam kehidupan kita.


Pada saat kita memperhatikan bahwa ada dua tokoh di dalam perumpamaan, yaitu mengenai sikap anak yang sulung (para pemuka agama Yahudi) dan anak bungsu (orang-orang yang tersisih), Yesus membandingkan hal ini di karenakan mereka para pemuka agama Yahudi menolak kebenaran Allah yang disampaikan oleh Yohanes Pembaptis (ayat32), tetapi sebaliknya orang-orang yang tersisih yaitu orang-orang berdosa mereka dengan percaya kepada pemberitaan kebenaran tersebut.


Menjadi sebuah pertanyaan apa yang membuat para pemuka agama Yahudi tidak mempercayainya?




1. mereka mempunyai sebuah struktur kepemimpinan yaitu makhama agama yag dipegang oleh para ahli Taurat dan imam-imam, sebab sangatlah berbahaya dalam kepemimpinan mereka jika mereka mengakui kebenaran tersebut sehingga mereka menolaknya walaupun mereka secara langsung melihat pertobatan yang terjadi.
2.      Mereka memposisikan dirinya lebih tinggi dari pada orang-orang yang berdosa, sehingga merekalah yang orang-orang berdosa yang harus bertobat
Para pemuka agama ini mempunyai kedudukan Rohani namun mereka sendiri menolak kebenaran, sehingga membuat mereka tidak rendah hati untuk mengakui kebenaran tersebut. Sehingga digambarkan anak yang bungsulah yang taat kepada Bapa pada saat ia menolak (pemberontakan) tetapi anak bungsu menyesal dan melakukan kehendak Bapa (Pertobatan) (ayat 30). Bahwa Anak Bungsu tersebut menerima pertobatan dan melakukan kehendak Allah.
Sehingga sesuatu yang bisa kita renungkan dalam perumpamaan ini, ialah seorang yang bisa dikatakan Kristen sejati, bukan mereka yang dipandang dalam suatu organisasi Rohani atau struktur jabatann yang tertinggi dalam pelayanan bisa disebut sebagai Kristen Sejati, tetapi mereka yang melakukan kehendak Bapa, yaitu Ketaatan dalam kebenaran  itulah tujuan utama orang Kristen Sejati, sebab ada yang mengetahui kebenaran tetapi belum tentu mempunyai kerendahan hati untuk menaati Firman Tuhan.


Melakukan : Pioritas utama yaitu taat kepada Bapa disurga (Pelaku firman Tuhan).
Membagikan : Sharingkan terhadap Komunitas dimana lingkungan rumah,kerja maupun dimana kita berada.

Monday, June 2, 2014

Memperoleh Kekayaan yang salah



Amsal 28:22-27
            Pada saat kita membaca dalam Kitab Amsal, sangatlah banyak teguran untuk jangan seperti orang fasik yang tidak mengenal Allah. Sehingga dapat dikatakan jangan mempunyai lebel atau cap orang Kristen tetapi mempunyai gaya hidup seperti orang fasik.
            Begitu juga pada saat kita membaca renungan pada hari ini, mengajarkan kita untuk tidak seperti orang fasik yang mengejar-ngejar kekayaan. Sebuah konsep yang salah dalam meraih kekayaan :
1.      Ayat 22 è Orang kikir, yang berarti juga pelit (karena dia ingin menjadi kaya).
2.      Ayat 23 è Adanya penjilat (karena ingin menjadi kaya), tetapi orang yang menegur lebih disayangi.
3.      Ayat 24 è Merampas harta ayah dan ibu, merusak sebuah hubungan keluarga dan Allah tidak berkenan (karena ingin menjadi kaya).
4.      Ayat 25 è Orang Loba yaitu termasuk orang yang serakah, inilah yang menimbulkan pertekaran (karena ingin menjadi kaya).
Dalam hal ini Amsal melihat bahwa adanya moral yang tidak berkenan dihadapan Allah dan semua itu berbicara pada perkara di dunia yang menghalangin orang percaya untuk mempunyai kasih terhadap sesamanya. Begitu juga dengan Kikir mengambarkan seseorang yang mementingakan dirinya sendiri, dan Yakobus 3:16 “sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat.” Dari kepentingan diri sendirilah banyak kekacauan dan segala macam perbuatan jahat. Tidaklah perlu menjadi orang yang kikir untuk memperoleh kekayaan, tetapi jadilah :
a.       Orang yang takut akan Tuhan ( Amsal 28:14).
b.      Orang yang dapat dipercayai ( Amsal 28 : 20)
c.       Orang yang tidak mementingkan diri sendiri ( Amsal 28 : 27).
Melakukan : jangan jadi orang fasik, tetapi jadi orang benar sesuai Firman-Nya

Membagikan : Sharingkan kepada teman-teman dan saudara seiman.

Tuesday, May 20, 2014

Muliakan Tuhan dengan harta (Amsal 3: 9-10)


.
          Syalom… Dalam penulisan kitab Amsal membahas mengenai takut akan Tuhan sebagai permulaan hikmat, termasuk dalam renungan kita hari ini. “Muliakan Tuhan dengan hartamu … ay 9”  Apa yang dimaksud dengan harta? sehingga Amsal membicarakan dalam hal ini. Harta ialah sesuatu yang sangat berharga dan bernilai. Maka dalam konteks ini harta akan dikaitkan dengan sesuatu yang berbentuk Material sebab pada masa Kerajaan sesuatu yang bernilai yaitu dalam bentuk materi : emas, uang (nilai tukar pada saat itu), dll. 

Sedangkan kata Memuliakan yaitu peran aktif manusia terhadap pengenalan objek yang akan dimuliakan, è maksudnya, seseorang bisa memuliakan Tuhan, karena orang tersebut mengenal Tuhan dengan baik, karena sangat tidak mungkin memuliakan tanpa mengenal objek. Sedangkan pada Ay 10, sesuatu yang akan terjadi pada saat memuliakan Tuhan dan dalam hal ini banyak mengaitkan terhadap berkat materi, tetapi dalam konteks pada saat itu suatu bangsa yang takut akan Tuhan, Tuhan akan memberkati secara melimpah termasuk materi di banding dengan bangsa-bangsa lain yang tidak takut akan Tuhan. Namun dalam konteks zaman ini, tidak bisa dikatakan orang yang diberkati Tuhan diukur lewat materi yang ia punya. Namun bagaimana dengan konteks zaman pada saat ini sesuai dengan Firman Tuhan ? (mari kita ke dalam Perjanjian Baru)
Dalam hal ini Perjanjian Baru memberikan makna yang lebih dalam lagi, bahwa Harta yang dimiliki oleh seorang percaya yaitu Hidup mereka sendiri  (bukan sebagian yang ia punya, tetapi seluruhnya hidupnya) yang harus memuliakan Tuhan (Matius 22:37), dan Pemeliharaan Allah terhadap orang tersebut (Matius 6:25-34). Sehingga dalam kitab Amsal dengan kitab Perjanjian Baru tidaklah bertolak belakang, orang yang memuliakan Allah adalah orang yang takut akan Tuhan, ataupun orang yang takut akan Tuhan akan memuliakan Allah dengan seluruh hidupnya.  
Seorang bisa memberi persembahan untuk Tuhan tapi belum tentu bisa memberi hidupnya untuk Tuhan (karena ingin dihormati, karena ingin terkenal, bahkan motivasi yang salah) 

Totalitas Hidup akan mencakup segala hal yang berhubungan dengan hidup kita untuk kemuliaan Tuhan.

Melakukan : Seluruh Hidup kita harus memuliakan Tuhan.
Membagikan : kepada komunitas dan saudara-saudara seiman.





Thursday, April 24, 2014

Berbuat Baik Supaya Masuk Surga ?



Matius 19:16-26 



            Apakah orang berbuat baik bisa masuk surga? Mari kita renungkan dalam teks yang terdapat di Matius 19:16-26.
Seorang muda yang bertanya kepada Tuhan Yesus, mengenai perbuatan baik untuk memperoleh hidup yang kekal ? Tuhan Yesus menjawab dengan mengutip Hukum Taurat (Keluaran 20:12-16) tetapi jika kita perhatikan ada satu hukum Taurat yang ke-10 “jangan mengingini apa pun yang dipunyai sesamamu” (Keluaran  20:17) tidak dikutip oleh Tuhan Yesus dalam Matius 19:18-19, yah karena orang muda ini orang muda yang kaya, mungkin juga ada makna teologi yang lain selain hal ini. Bahwa ada 2 Hukum yang Tuhan Yesus  rangkum dari Taurat (Matius 22:37-40) ialah
a.        Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu (Keluaran 20:1-11).
b.      Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. (Keluaran 20:12-17).

Benar bahwa orang muda ini telah menjawab “semua itu telah kuturuti…”(Mat 19:20), sebab pengakuan dia sudah melakukan hukum kedua yaitu “kasihilah sesama manusia seperti dirimu sendiri”. Bagaimana dengan hukum yang pertama “Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu?  Tuhan Yesus menjawab pada ayat 21 dan garis bawahi pada kata “Sempurna” dan “datanglah ke mari dan ikutlah Aku.”(ayat 21).

Apa yang di maksud dengan kata “sempurna” ? dalam bahasa Yunani kata “sempurna” mempunyai kata dasar yang berbeda-beda walaupun Lembaga Alkitab tetap mengartikannya “sempurna” namun dalam teks asli yaitu τέλειος (Teleios) è full-grown, mature (Bertumbuh,Dewasa). Jelaslah bahwa orang muda yang kaya ini belum dewasa kerohaniannya, yang mengambarkan bahwa ia tidak mengasihi Allah dengan segenap hati. Jadi kata “τέλειος (Teleios)” atau kata sempurna mengarah kepada kedewasaan Rohani yang mengasihi Allah dengan segenap hati dan taat pada firman-Nya (1 Yoh 2:5).
Orang Muda yang kaya ini, tidak taat kepada Firman-Nya bahkan menolak-Nya, sebab Tuhan Yesus Berfirman “ …. Datanglah ke mari dan ikutlah Aku” (ayat 21), tetapi dia tidak mentaati Perintah Tuhan Yesus dan itu mengambarkan ketidaktaatan (ayat 22). Sehingga Tuhan Yesus berkata “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga” (ayat 23). Keselamatan adalah sebuah Anugrah,dan kita mempunyai tanggung jawab. Semua agama mengarjakan untuk berbuat baik, tetapi Keselamatan tetap dalam Kristus. Sekaya apapun kita tidak dapat membeli keselamatan dan sebaik apapun kita tidak bisa menukarnya dengan keselamatan. Percaya pada Kristus è yang telah mati dikayu salib menebus dosa manusia. Kita harus mematikan kedagingan dan taat pada-Nya.
 
Melakukan : Semua orang bisa berbuat baik, tetapi orang yang percaya pada Kristus jelas mengasihi sesama bukan untuk masuk surga, karena surga sudah menjadi nature orang yang percaya kepada Kristus.

Membagikan : Sharingkan ini kepada Komunitas dimana anda berada.