Kekayaan yang sejati ialah pada saat kita bersyukur selalu dan kemiskinan ialah pada saat kita mengeluh selalu

Friday, December 30, 2016

Renungan: Dunia mengajarkan kesuksesan yang salah.


            Dunia telah banyak mempengaruhi banyak orang untuk meraih kesuksesan yang salah dengan meraih kebahagian yang fana. Hal ini sudah menjalar kepada orang-orang percaya dengan mengikuti perkataan motivator-motivator dunia, sehingga anda bekerja keras untuk meraih kehidupan yang layak secara kacamata dunia. Mereka berkerja keras hanya untuk standart kesuksesan dunia, tetapi kita akan belajar bersama-sama mengenai kesuksesan yang sebenarnya.

Manusia tidak bisa dipisahkan hubungannya dengan Sang Pencipta, maka kesuksesan harus dilihat dari sudut pandang Allah bukan dari sudut pandang manusia. Jadi, mengenai kesuksesan tidak bisa dipisahkan dengan masalah religious (kerohanian), kesukesan manusia harus dilihat dari standar kebenaran yaitu Firman Tuhan. Manusia mulai bersusah payah mencari rezeki saat keadaan jatuh dalam dosa (Kej. 3:17-19), manusia harus berkerja keras sampai kembali menjadi debu. Hal inipun juga berlaku kepada Henock untuk mencari rezeki, tetapi Firman Tuhan mengatakan “Henokh hidup bergaul dengan Allah, lalu ia tidak ada lagi, sebab ia telah diangkat oleh Allah” (Kejadian 5:24), Nuh pun juga hidup begaul dengan Allah (Kejadian 5:24), Abraham pun adalah orang yang berkerja dan takut akan Tuhan (Kejadian 22:12), maka keberhasilan kita atau kesuksesan kita mempunyai standar kebenaran yang berbeda dengan dunia.

Standart kesukesan dunia adalah mempunyai rumah mewah, mobil mewah, keliling seluruh dunia, kekayaan harta yang melimpah, tetapi intinya bukan ini. Apakah mempunyai segalanya adalah salah dari hasil pekerjaan yang kita jalanin? Tidak, karena Firman Tuhan mengajarkan bekerja, Sebab, juga waktu kami berada di antara kamu, kami memberi peringatan ini kepada kamu: jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan.  Kami katakan ini karena kami dengar, bahwa ada orang yang tidak tertib hidupnya dan tidak bekerja, melainkan sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna. (2 Tesalonika 3:10-11). Jadi, berkat hasil dari pekerjaan tidaklah salah, yang menjadi salah ialah melupakan esensi kehidupan manusia ialah “Takut akan Allah (Sang Pencipta)”.

Esensi yang berharga bagi orang percaya adalah  Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan,  dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang.  Sebab apabila semuanya itu ada padamu dengan berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita. Tetapi barangsiapa tidak memiliki semuanya itu, ia menjadi buta dan picik, karena ia lupa, bahwa dosa-dosanya yang dahulu telah dihapuskan. (2 Petrus 1:5-9).

Kesuksesan bukan dilihat dari harta yang dimiliki yang sesuai dengan standart dunia, tetapi sesuai dengan standart Firman Tuhan. Orang percaya yang sesuai dengan Firman Tuhan akan berkerja keras dalam segala usahanya dan tetap membangun pertumbuhan rohaninya yaitu pengenalan akan Allah, dan jika tidak sesuai dengan Firman Tuhan orang itu akan buta dan picik (2 Petrus 1:9).


Renungan: Apakah kesuksesan yang kita raih sudah sesuai dengan Firman Tuhan?



No comments:

Post a Comment