Gereja-gereja telah menerapkan berpuasa saat mengadakan KKR
atau kegiatan rohani besar-besaran bisa jadi saat natal ini. Tentu itu sangatlah
baik mempersiapkan semua acara kerohanian untuk mengandalkan Tuhan, tetapi
menjadi kesalahpahaman puasa dilakukan karena ada maunya doang bukan sebagai
kerendahan hati atau hanya menonjolkan kesombongan kerohanian.
Dalam Matius 6:16-18 bahwa orang-orang Yahudi mengetahui
makna dari “puasa” dalam Perjanjian Lama untuk merendahkan diri, memperoleh
bimbingan dan pertolongan kepada Tuhan, dan sebagai kedekatan kepada Sang
Pencipta yang telah diteladani oleh tokoh-tokoh dalam Perjanjian Lama. Dalam
hal tersebut puasa sangatlah membangun kerohanian orang percaya, tetapi puasa bisa
menjadi dosa saat orang percaya salah menggunakannya. Hal ini dapat terlihat
dari perkataan Tuhan Yesus pada ayat 16 “janganlah
muram mukamu seperti orang munafik” , bahasa Yunani lebih menengaskan “jangan menjadikan diri kalian munafik
dengan tekanan μὴ γίνεσθε (me ginesthe).
Tuhan Yesus sedang menyayangkan
seseorang berpuasa karena ingin dipuji dengan memamerkan dirinya seakan
terlihat sedang berpuasa. Hal tersebut tentulah bukanlah yang diinginkan oleh
Allah, sehingga Dia berkata “supaya
jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh
Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang
tersembunyi akan membalasnya kepadamu.” (ayat 18). Hal tersebut memberikan
perenungan dalam kehidupan kita sebagai orang percaya, bahwa puasa bukan untuk
kesombongan sehingga dipuji, puasa bukanlah untuk memamerkan diri kita
sangatlah rohani. Tetapi Puasa :
1. Merendahkan diri dihadapan Allah.(Ezra 8:21, Yoel 1:14).
2. Menyerahkan rencana kita kepada Allah atau meminta bimbingan
kepada Allah (2 Taw 20:3-4, Lukas 2:37).
Renungan:
Tuhan Yesus tidak melarang orang untuk berpuasa, sebab Tuhan Yesus juga
berpuasa (Matius 4:2) berarti puasa sangatlah penting bagi kehidupan
orang-orang percaya tetapi janganlah secara munafik kita berpuasa.
No comments:
Post a Comment