Kekayaan yang sejati ialah pada saat kita bersyukur selalu dan kemiskinan ialah pada saat kita mengeluh selalu

Tuesday, January 3, 2017

Berbuah itu harus mengalami proses.


            Pada saat musim Desember ke Januari biasanya banyak yang panen musim buah Durian, apalagi Durian Medan enak banget. Tetapi pohon Durian tersebut bisa berbuah karena mengalami proses terlebih dahulu sehingga buahnya bisa dinikmati. Tentu sebagai orang percaya juga harus berbuah, namun untuk kita berbuah dibutuhkan adanya proses yang harus dilalui.

Dalam renungan tersebut juga dikatakan dalam Yakobus 1:4 “Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun. Kata “buah yang matang” menunjuk kepada kedewasaan atau pertumbuhan rohani dalam bahasa Yunani ialah τέλειον (Teleion), bahwa untuk memiliki “teleion” (kedewasaan, pertumbuhan/berbuah) dibutuhkan proses yaitu ujian terhadap iman (Yakobus 1:3). Saat seorang mengalami berbagai-bagai cobaan atau penderitaan itu adalah ujian terhadap iman untuk mengalami pertumbuhan yang menghasilkan buah yang matang (kedewasaan rohani). Hal ini harus dimengerti sehingga saat mengalami tekanan dari berbagai pergumulan janganlah kecewa, sebab ujian tersebut mendewasakan iman kita.

Hal yang bisa merusak pesan Yakobus 1:4 mengenai berbuah (kedewasaan rohani) melalui penderitaan adalah pengajaran “Teologi Kesuksesan”. Pengajaran yang hanya fokus kepada berkat berkelimpahan secara materi, tidak mengalami kesusahan atau penderitaan, kesuksesan dunia (mobil, rumah dimana-mana, dll) sebagai tanda orang yang beriman. Hal tersebut tentu merusak jemaat sehingga akan mengalami kekecewaan saat mengalami penderitaan atau tekanan hidup. Padahal dalam Yakobus 1:4 memberikan jawaban yang sangat realita dalam kehidupan orang percaya, bahwa penderitaan atau pencobaan yang dialami bukan untuk melemahkan iman, tetapi sebagai pertumbuhan rohani untuk next level.


Renungan: Jika ingin berbuah, maka kita harus mau diproses sehingga memiliki kedewasaan rohani.

No comments:

Post a Comment