Kekayaan yang sejati ialah pada saat kita bersyukur selalu dan kemiskinan ialah pada saat kita mengeluh selalu

Monday, August 14, 2017

BERJUANG UNTUK HIDUP TIDAK BERCACAT




1 Yohanes 3:7-10

Perjuangan menjadi pengikut Tuhan Yesus Kristus ialah berjuang untuk hidup tidak bercacat, tidak hidup dalam dosa. Namun perkataan tersebut sering dipelesetkan oleh pembawa Firman Allah diatas mimbar maupun oleh orang percaya yang lainnya yang tidak mengerti kebenaran sehingga mengatakan wajarlah jika orang percaya masih jatuh dalam dosa, jadi tidaklah masalah. Statement tersebut tidak memperlihatkan perjuangan untuk hidup tidak bercacat.

Firman Allah dalam 1 Yohanes 3: 9 “Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi; sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat dosa, karena ia lahir dari Allah. Perkataan Firman Allah ini sering diprotes oleh orang percaya yang tidak mengerti dalam teks Alkitab, dan berkata: Pak Pendeta mana mungkin saya tidak berbuat dosa lagi, saya masih tinggal dalam tubuh ini. kalimat mengenai “tidak berbuat dosa lagi” harus ditinjau dari teks bahasa Yunani, yaitu οὐ  ποιεῖ (ou poiei) yang memiliki fungsi present active indicative, yang berarti tidak terus menerus berbuat dosa”.

Dalam hal ini makna dari tidak berbuat dosa lagiialah saat seorang memutuskan untuk menjadi pengikut Tuhan Yesus Kristus yang setia, orang percaya harus meninggalkan setiap tabiat dosa yang ada pada dirinya atau mengikis kehidupan masalalunya yang tidak berkenan kepada Allah. Hal tersebut akan membuat tabiat yang baru (pola kehidupan yang baru) untuk berjuang hidup dengan tidak bercacat dihadapan Allah. Kehidupan tersebut akan menuntun kita memiliki kedewasan rohani dan memiliki moral yang sesuai kebenaran Firman Allah.

. Renungan: Menjadi orang percaya tidaklah bisa santai, sebab pemahaman konsep anugrah yang salah akan menjebak orang percaya bertindak semaunya sendiri, karena orang percaya harus berjuang mengandalkan Roh Kudus untuk mengubah kehidupannya sesuai dengan Firman Allah, yaitu berjuang untuk tidak bercacat dihadapan-Nya.

HIDUP BEKELIMPAHAN YANG SESUNGGUHNYA




Yohanes 10:1-10

          

  Salam damai sejahtera, ayat yang sudah kita baca merupakan pengajaran perumpamaan yang diberitakan oleh Tuhan Yesus Kristus, yaitu:

1.      Perumpamaan mengenai gembala dengan domba.

Gembala kita adalah Gembala Agung yaitu Tuhan Yesus Kristus yang akan menuntun kehidupan jemaat-Nya untuk masuk dalam Kerajaan Sorga. Bagaimana caranya agar kita selalu dituntun oleh Gembala Agung Tuhan Yesus Kristus? Mendengar suara-Nya, yaitu dengan membaca, merenungkan Firman Tuhan dan menjadi pelaku Firman Tuhan untuk mengikuti suara-Nya. (Yohanes 10:4-5).

2.      Perumpamaan mengenai pintu untuk domba-domba.

Pintu merupakan jaminan keselamatan bagi domba-domba pada saat itu. Sebab kadang domba yang tidak memiliki pintu lebih mendapatkan ancaman, tetapi adanya pintu mereka terlindungi dari ancaman. “Akulah pintu; barang siapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput. Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.” (Yohanes 10:9-10).

Tuhan Yesus Kristus datang untuk menyelamatkan umat manusia, dan memberikan hidup dan kelimpahan bagi orang percaya. Maksud dari “hidup dan kelimpahan”, yaitu berbicara kualitas kehidupan spiritual bukan berbicara mengenai keuntungan materi (financial), (bahasa Yunani "Ego elthon zoen ekhosin kai perisson ekhosin" Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan..  Jadi, makna dari hidup dan kelimpahan, yaitu  memiliki kehidupan rohani yang berkualitas. Maka orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus sedang dituntun dalam kehidupan rohani yang berkualitas.



Renungan: Orang bisa memiliki harta benda yang sangat banyak, namun untuk memiliki kualitas kehidupan kerohanian tidak bisa dibeli oleh harta benda melainkan melalui persekutuan yang indah bersama Tuhan Yesus Kristus.

Sunday, March 5, 2017

Kehilangan jiwanya karena ingin memiliki dunia.


            Mr. Z melihat dirinya rendah jika tidak memiliki barang yang bermerek (branded), Mr.Z melihat dirinya rendah saat tidak memiliki kedudukan yang tinggi, Mr.Z melihat dirinya rendah jika tidak muter-muter seluruh dunia, Mr.Z melihat dirinya rendah saat tidak meliki mobil dan rumah mewah. Sehingga Mr.Z habis-habisan untuk menaikan derajat dirinya karena harga dirinya ditentu dengan barang-barang tersebut. Hal yang membuat sedih saat mereka memiliki status anak Allah dan menganggap nilai dirinya akan naik jika memiliki barang-barang tersebut. Alkitab tidak pernah melarang kita memiliki barang-barang untuk kebutuhan kehidupan ini, karena Ia akan memelihara setiap kebutuhan kita. Tetapi jika kita memiliki barang tersebut karena harga diri, rangking nilai diri kita naik di dunia tanpa sadar kita merendahkan status anak Allah yang kita gunakan.
Tuhan Yesus berkata “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? (Matius 16:2) Kata “nyawa” menunjuk kepada “hidup atau jiwa” (ψυχὴν). Hal ini memberikan kiasan bahwa mereka menukar jiwa (pikiran, perasaan dan kehendak) dengan kenikmatan dunia, mereka tidak akan memiliki pertumbuhan rohani (ψυχὴν/ dalam jiwa terdapat roh) (Liddell-Scott, Greek Leicon).
Hal ini menjadi sangatlah serius, saat nilai diri kita naik atau tinggi karena perkara-kara dunia maka di ayat selanjutnya “Sebab Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya; pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya”. Termasuk mereka yang menyerahkan jiwa (pikiran, perasaan, kehendak) kepada hal-hal dunia tidak akan mendapatkan upah, sebaliknya mereka yang menyerakan jiwa (pikiran, perasaan, kehendak) untuk menyenangkan hati Allah mendapatkan kehidupan kekal.
Tuhan Yesus berkata: “Setiap orang yang mau mengikuti Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku”. Mari kita sama-sama untuk menyangkal diri bahwa tidak ada kesenangan yang lain selain menyenangkan hati Allah.
Tuhan Yesus berkati.



Thursday, February 23, 2017

Gereja jangan tutup mata terhadap generasi selanjutnya yaitu anak-anak (παιδίον)


            Pelayanan kepada anak-anak bukanlah pelayanan rendahan, sebab banyak orang yang melayani sering  membuat kapling-kapling pelayanan, seperti bagian A adalah pelayanan yang besar, bagian B adalah pelayanan tengah, bagian C adalah pelayanan yang bawah atau rendahan. Hal ini yang menjadi kesedihan saat pelayanan anak (sekolah minggu) dianggap pelayanan rendahan bahkan sebagai penitipan anak saja.

            Markus 9:36-37 “Maka Yesus mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka, kemudian Ia memeluk anak itu dan berkata kepada mereka:” Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku. Dan barangsiapa menyambut Aku, bukan Aku yang disambutnya, tetapi Dia yang mengutus Aku.

            Kalimat “ia menyambut Aku” dalam bahasa Yunani δέχεται (Dekhetai) mempunyai makna yang dalam, karena menggunakan indicative present bahwa melayani anak-anak bukanlah setengah-setengah, bukanlah musim-musiman saat paskah dan natal saja, tetapi untuk selama-lamanya sampai kedatangan-Nya kembali, seperti kita menerima Tuhan Yesus Kristus untuk selama-lamanya.
            Dalam hal inilah kita akan melayani anak-anak sebaik mungkin karena melayani anak-anak, sama dengan melayani Allah yang kita sembah. Menyambut anak-anak sama dengan menyambut Dia. Bagaimana mungkin kita pelayan-pelayan Tuhan membuat kopling-kopling pelayanan sehingga menganggap pelayanan sekolah minggu atau pelayanan anak-anak adalah pelayanan rendahan.

Tuhan Yesus Kristus mengatakan bahwa “… barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya”.(Markus 10:15) Kata “anak” dalam bahasa Yunani παιδίον (paidion) ini adalah usia anak yang sedang dididik dan dibentuk. Kenapa mesti seperti anak kecil? Karena mereka mau didik dan diajar. Hal inilah yang dimaksud seperti seorang anak kecil saat kita mau diajar dan didik oleh Firman Tuhan, akan masuk dalam kerajaan-Nya.

Hal inipun juga memberikan kesadaran bahwa anak-anak harus didik dan diajarkan sebaik mungkin mengenai pengenalan akan Tuhan. Jika, anak-anak yang mau dididik dan diajar tetapi menerima pelayan pengajaran yang salah, pelayan pengajaran yang ogah-ogahan karena hanya sebagai titipan dan menganggap pelayanan anak rendahan sama saja kita tidak menyambut Tuhan Yesus Kristus.


Renungan: Evaluasi kembali pelayanan sekolah minggu anak-anak, apakah sudah sesuai dengan Firman-Nya? .

Wednesday, February 22, 2017

Saya ingin cepat dewasa supaya bisa ngerokok seperti Ayah

Saya ingin cepat dewasa supaya bisa ngerokok seperti Ayah
(Orang Tua melarang anaknya merokok, karena masih kecil tidak boleh merokok.
Udah besar boleh dong?)

            Penulis melihat sekarang anak-anak kecil sudah banyak yang merokok bahkan setiap isapan rokok punya gaya masing-masing, tidak kebayangkan rokoknya bisa diputar dengan lidahnya? Dan betapa kagetnya saat anak usia 5-6 tahun berkata dengan polos kepada saya ingin cepat besar kaya papa supaya boleh ngerokok.

            Anak kecil memiliki pandangan yang salah bahwa rokok menjadi tanda dirinya sudah dewasa, maka sekarang banyak anak-anak yang merokok karena ingin diakui sudah dewasa. Tentu pandangan ini salah tetapi akan dianggap benar karena yang dilakukan orang tuanya dianggap benar, siapa yang harus bertanggung jawab? (kita mempunyai pemikiran yang sama siapa yang harus bertanggung jawab).

            Kitab Amsal mengatakan bahwa orang tua yang harus mendidik anak-anaknya hal-hal rohani yang akan diaplikasikan kedalam kehidupan sehari-hari (Amsal 1:8-9). Loh kenapa merokok nyambungnya ke hal-hal rohani, silahkan baca www.sudut-pandang-penulis.blogspot.co.id/2017/01/apakah-orang-kristen-boleh-merokok.html?m=1. Menjadi kesedihan bagi Allah saat orang tua mendidik anaknya tidak sesuai firman Tuhan, termasuk jika anak menganggap bahwa merokok sebagai tanda kedewasaan.

            Biarlah anak-anak mendengarkan pengajaran yang sesuai dengan Firman Allah dari perkataan dan perilaku orang tua, yang telah menjadi orang tua mari kita merenungkan kembali apakah kita sudah mendidik sesuai dengan Firman Tuhan.              

Tuesday, February 21, 2017

Renungan anak muda: Fisik boleh dibully (dihina), rohani tetap bertumbuh.


Belajar dari Zakheus, walaupun pendek namun mempunyai semangat untuk berjumpa dengan Tuhan Yesus. (Lukas 19:1-4)
            
      Manusia mempunyai ciri khas masing-masing dalam pertumbuhan fisik, ada yang pendek, ada yang kurus bahkan ada yang gemuk. Bagi mereka yang melihat kekurangan fisik kita, sering membully kita dengan sebutan-sebutan yang tidak beretika. Ejekan yang diterima mungkin menyakiti hati kita, tetapi dalam hal ini kita belajar bahwa Allah menerima kita apa adanya walaupun kita dilahirkan dalam bentuk fisik pendek, dll.

            Penghinaan yang dilakukan oleh orang lain yang tidak mengerti Firman Allah, jangan menjadi halangan buat kita bertumbuh dalam Tuhan Yesus Kristus. Seberapapun orang yang merendahkan fisik kita, janganlah kecewa tetaplah semangat, karena:

a.       orang yang mencari-Nya,
b.      orang yang percaya kepada-Nya.
c.       orang yang mentaati firman-Nya

Merekalah yang berkenan dihadapan Allah, bukan dari hal-hal yang lahiriah tetapi dari kerinduan hati yang ingin berjumpa dan siap diubah sesuai dengan Firman Tuhan.

Renungan: Keterbatasan fisik bukan berarti menghalangi kita untuk memiliki pertumbuhan rohani dalam pengenalan akan Kristus Yesus Tuhan kita. 

Friday, February 10, 2017

Renungan Kaum Muda: Kenapa saya dilahirkan dengan keadaan yang tidak adil?


            Seorang anak muda merenungkan kelahirannya di tengah-tengah keluarga yang tidak setara dengan teman-temannya. Hal ini membuat anak muda tersebut komplain kepada Tuhan kenapa dilahirkan situasi keluarga yang tidak bisa memenuhi semua keinginannya, dilahirkan di keluarga yang tidak berpendidikan, dilahirkan di kelurga yang  tidak mempunyai jabatan atau kedudukan, dll. Perkataan itu diulangkan kembali bahwa Tuhan tidak adil kepada dirinya.

Syalom, cerita diatas bisa terjadi kepada siapa saja tetapi apakah Tuhan bersalah atas kelahiran kita di dunia ini?  Pola pikir seperti itu tentu tidak sesuai dengan Firman Tuhan, sebab anda mengukur harga diri anda dengan hal-hal yang fana. Orang yang seperti itu saat berjumpa dengan orang yang mempunyai  materi, jabatan, dan kualitas yang lebih tinggi dari dirinya akan merasa dirinya rendah bahkan tidak berarti. Sebagai anak muda yang percaya pada Tuhan Yesus, kita mempunyai status anak-anak Allah, tetapi status tersebut sering kita bandingkan dengan hal-hal yang fana di dunia ini.

Dalam hal ini, nilai kita sebagai anak-anak Allah tidak bisa diukur dengan materi, jabatan, dll. Tetapi nilai kita diukur dengan sikap hidup yang berkenan kepada Allah (Filipi 2:15 “supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia,). Jika, tahap ini anda tidak perlu membandingkan diri anda dengan orang-orang lain, “sebab apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. “  (Kolose 3:23). Kondisi dimanapun anda dilahirkan, kita mempunyai panggilan ilahi, kita mempunyai tanggung jawab di area masing-masing untuk memuliakan Allah atau menjadi terang (Matius 5:16).


Sunday, January 22, 2017

Mari beribadah supaya diberkati (menjadi kaya). Alkitab tidak berbicara seperti itu!!


                Banyak promosi-promosi yang diberikan kepada para jemaat saat beribadah untuk diberkati Tuhan secara financial (keuangan), sehingga mereka memiliki hati yang tidak murni dan tidak berterimakasih atas karya keselamatan Allah. Ajaran agama-agama lain mengatakan beribadah kepada Tuhan agar mendapatkan berkat yang melimpah secara materi tetapi ke Kristenan berbeda sebab beribadah kepada Tuhan Yesus dengan ucapan syukur. Bahkan perkataan “datang ke gereja untuk diberkati usahanya, pekerjaan dll” sudah sering dipromosikan oleh pemimpin-pemimpin rohani di gereja-gereja, sehingga tujuan pertama ke gereja ialah berkat materi.

                Pandangan ini bukanlah dari saya, tetapi dari Firman Allah. Mereka yang mengajarkan ibadah sebagai keuntungan materi itu adalah ajaran sesat. Rasul Paulus pernah bergumul kepada ajaran sesat yang mempromosikan ibadah untuk mencari keuntungan materi yang terdapat dalam 1 Timotius 6:5 percekcokan antara orang-orang yang tidak lagi berpikiran sehat dan yang kehilangan kebenaran, yang mengira ibadah itu adalah suatu sumber keuntungan”, NIV menggunakan kata financial (keuangan) yaitu keuntungan keuangan atau materi. Datang kepada-Nya dengan rasa berkecukupan dan berterima kasih itulah yang membuat keuntungan besar ( 1 Timotius 6:6). Sebab banyak orang kecewa dengan gereja karena ingin berkat materi dibanding memiliki perubahan hidup yang berkualitas seperti Kristus. Janji Tuhan Yesus ya dan amin akan memelihara umat-Nya ( 2 Korintus 9:8), sehingga pengertian kekayaan dunia tidak akan habis-habisnya berbeda dengan kekayaan menurut Firman Allah, yaitu berkelimpahan untuk mencukupi di dalam segala sesuatu. Maka beribadah bukan karena iming-iming dapat berkat materi, tetapi sebagai orang percaya kita harus bersyukur atas pemeliharaan Allah dan mempersiapkan hidup kita bertumbuh dewasa di dalam Firman Allah.

Tuhan Yesus Berkati

Kedatangan-Nya seperti pencuri melatih orang percaya memiliki “integritas”


           
Pada masa saya masih kecil kabar mengenai hari kedatangan Tuhan sudah terdengar di telinga, bahkan waktu seperti tanggal, bulan dan tahun kedatangan-Nya sudah bisa ditebak oleh sebagian para pendeta-pendeta namun tidak terbukti.  Kedatangan-Nya adalah sebuah janji, namun untuk waktunya tidak ada seorangpun yang mengetahuinya sehingga Firman Tuhan mengatakan kepada orang percaya harus berjaga-jaga (Matius 24:44). Beberapa para pendeta yang menafsirkan kedatangan Tuhan dengan tanggal, bulan dan tahunnya ternyata tidaklah terbukti, sehingga banyak orang yang tadinya bertobat mendadak atau berjaga-jaga mendadak (Matius 4:43), akhirnya berubah mendadak kembali kepada hidupnya yang lama.
            Dalam hal ini kedatangan-Nya yang tidak terduga melatih orang percaya memiliki integritas dalam hidupnya, melatih kejujuran kepada dirinya untuk selalu berjaga-jaga dan melakukan tanggung jawab sebagai orang percaya (Matius 24:46). Tetapi sebaliknya ada orang berstatus Kristen palsu yang menganggap hari Tuhan masih lama atau tidak akan datang-datang namun sebenarnya tinggal hitungan detik lagi, dan ia akan mengalami hukuman yang sama seperti orang-orang munafik karena tidak berjaga-jaga (Matius 24:48). Maka ketidaktahuan kedatangan-Nya melatih kita untuk memiliki integritas hidup yang sesuai dengan Firman Tuhan.


Renungan: Tidaklah perlu mengetahui waktu kedatangan-Nya tetapi miliki integritas sebagai orang percaya. 

Friday, January 13, 2017

Tuhan Yesus sendiri yang menilai, apakah kamu percaya dengan-Nya?


            Hal ini sering terjadi pada umumnya yaitu orang mengklaim dirinya akan masuk Surga karena percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, tentu itu sangatlah benar. Tetapi yang menilai kita sudah percaya atau tidak ialah Tuhan Yesus dan hati nurani kita. Sebab banyak orang mengklaim dirinya Kristen karena hanya ingin status agamanya jelas bukan karena kebenaran keselamatan di dalam Tuhan Yesus Kristus dan banyak orang yang mengklaim dirinya Kristen supaya di baptis sehingga mendapatkan surat baptis untuk pernikahannya setelah itu menghilang. Sekarang menjadi pertanyaannya apakah orang tersebut akan diselamatkan walaupun mempunyai status Kristen?

ISI
            Dalam Lukas 15:10 “Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat."  Ayat sebelumnya menjelaskan mengenai perumpamaan yaitu Allah yang mendapatkan orang yang terhilang yaitu orang-orang berdosa diselamatkan (Lukas 15:8-9).  Dalam hal ini kata “bertobat” dalam bahasa Yunani μετανοοῦντι (metanounti) yaitu perubahan pikiran atau tujuan, yang dahulunya mempunyai tujuan yang salah  namun sekarang mempunyai tujuan yang benar. Hal inilah yang membuat malaikat-malaikat Allah bersukacita yaitu:

1.      Yang dahulunya berdosa namun sekarang diselamatkan di dalam Tuhan Yesus Kristus mempunyai pikiran baru dan tujuan baru (pertobatan).
2.      Berani mati demi kebenaran yaitu keselamatan hanya di dalam Tuhan Yesus Kristus. Sebab pada saat itu seorang yang mengakui sebagai pengikut Kristus akan mengalami penganiayaan bahkan sampai kematian menjemput.

Jadi, yang akan menilai anda sebagai orang Kristen (pengikut Kristus) ialah Tuhan Yesus sendiri dan hati nurani kita masing-masing bukan KTP anda. Sebab seorang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus akan mempunyai pikiran baru dan tujuan baru yaitu sepikir dan seperasaan dengan Tuhan Yesus Kristus (Filipi 2:5), dan seorang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus akan mengabdi dengan totalitas hidupnya kepada Kristus Yesus walaupun mengalami penganiayaan dan penderitaan. Inilah yang disebut sebagai orang percaya, yaitu pengikut Kristus.

Renungan: Pengikut Kristus tentu akan diselamatkan tetapi apakah kita sudah menjadi pengikut Kristus


Thursday, January 12, 2017

Semua manusia mengetahui kelak akan meninggal, tetapi sudahkah mempersiapkan hari kematiannya?


            Semua manusia pada umumnya mengetahui bahwa manusia pasti akan mengalami kematian, tetapi belum tentu semua manusia sadar untuk berubah.  Dalam hal ini Perubahan yang dimaksud ialah mengalami kedewasaan rohani untuk mempersiapkan hari kematian yang indah, sebab banyak orang mengetahui mengenai kematian namun tidak mau mempersiapkan diri untuk hari kematiannya.

            Dalam Mazmur 90:12 “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.” Ayat ini memberikan pesan untuk hidup bijaksana dalam kehidupan ini, termasuk mempersiapkan hari kematian yang berkenan dihadapan Allah. Musa memberikan peneguhan kembali bahwa hanya Allah yang memegang kehidupan manusia atau menentukan umur manusia (Mazmur 90:3). Jadi meninggalnya seseorang atau kematian jasmani seseorang hanya Allah saja yang mengetahui.

Sebagai seorang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus kita harus mempersiapkan kehidupan rohani dengan sungguh-sungguh, sebab jika hari kematian tiba  maka tidak ada lagi yang harus diubah selama masa hidupnya. Inilah yang dimaksud  menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.”  Jadi, selama masih hidup persiapkanlah rohani kita semua dengan sungguh-sungguh, itu baru namanya “beroleh hati yang bijaksana”.

Renungan: Jika kita sadar bahwa semua manusia mengalami kematian, apakah kita sudah siap mengalami kematian?
           

             

Wednesday, January 11, 2017

Hidup untuk Kristus = melepaskan keterikatan dunia


            Banyak orang Kristen berteriak “hidup untuk Kristus”, sangatlah keren sekali perkataan tersebut. Saat berseruh “Hidup untuk Kristus”  sama dengan melepaskan yang kita miliki (sesuatu hal yang berharga), jika sebaliknya kita masih mempertahankan sesuatu yang kita miliki dibanding Kristus maka orang tersebut masih terikat oleh kenikmatan dunia.
            Dalam Lukas 14:33  “Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku.”Syarat menjadi murid Kristus adalah melepaskan diri dari keterikatan dunia. Hal tersebut memberikan pertanyaan apakah orang percaya memiliki kekayaan adalah salah? Tentu tidak jika kekayaannya untuk melakukan kehendak Bapa, tetapi sebaliknya jika orang percaya hatinya terikat oleh kekayaannya belum pantas disebut menjadi murid-Nya sebab belum melepaskan dirinya dari segala miliknya.  
          Dalam hal inilah, orang percaya harus berusaha memurnikan hatinya untuk melepaskan diri dari keterikatan dunia. Sebaliknya orang percaya tentu mengikat dirinya kepada Tuhan Yesus Kristus sehingga mengetahui kehendak Allah dan yang bukan kehendak Allah.

Renungan: Sudahkah kita hidup untuk Kristus? Sudahkah kita melepaskan keterikatan dunia?

Tuesday, January 10, 2017

Renungan: Kesempatan kehidupan ini untuk mempersiapkan hari kematian yang indah.


Manusia mempunyai banyak rencana untuk hari besok, baik yang sekolah, yang pembisnis, yang bekerja, dll. Masing-masing mempunyai target yang harus diraih untuk hari besok, sehingga harus bekerja keras untuk hari besok. Kesempatan hari besok adalah harapan untuk memenuhi jasmani, namun apakah kita juga mempersiapkan target kehidupan di hari esok?

Dalam Yakobus 4:14 “sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap.” Jika hari ini kita masih bernafas dan hari esok masih bernafas adalah kesempatan untuk kita mencapai kedewasaan rohani. Perkataan Firman Tuhan ini memberikan renungan Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap, yang menganggap dirinya masih lama hidup namun tidak disangka sudah tidak ada lagi di dunia. Dalam hal ini mari kita mempersiapkan kehidupan rohani dengan sungguh-sungguh, bukan berarti kita melupakan tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan jasmani. Sebab orang yang dengan sungguh-sungguh mempersiapkan kehidupan rohaninya, juga akan sungguh-sungguh disetiap pekerjaannya (Kolose 3:23, Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.”), tetapi orang yang getol (habis-habisan bekerja) belum tentu mempersiapkan hari ini atau hari esok untuk pertumbuhan rohaninya.


Renungan: Jika hari ini masih diberikan kesempatan, mari kita pakai kesempatan untuk menuju kedewasaan rohani.

Monday, January 9, 2017

Batiniah didewasakan melalui pengajaran Firman Tuhan yang murni


          Seseorang dapat bertumbuh rohaninya jika memiliki pengajaran Firman Tuhan yang murni, dan sebaliknya seorang dapat merasa dirinya bertumbuh namun sebenarnya tidak bertumbuh karena pengajaran Firman Tuhan yang tidak murni. Hal ini sering terjadi seakan-akan dalam posisi pengajaran Firman Tuhan yang benar namun sebenarnya dalam posisi yang tidak benar karena pengajaran Firman Tuhan yang disampaikan tidak murni.

          Firman Tuhan yang murni adalah ditafsirkan sesuai dengan maksud dari teks Alkitab itu sendiri, sedang Firman Tuhan yang tidak murni adalah teks Alkitab yang digunakan untuk kepentingan pribadi. Hal ini sama seperti Paulus memberikan nasihat kepada Timotius untuk menghadapi pengajaran sesat, yaitu

1 Timotius 4:16  Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau.

1.     Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu.
Pengajaran mengenai Firman Tuhan sangatlah penting bagaimana anda memandang Allah. Jika seseorang memandang Allah dengan pengajaran yang salah, maka sangatlah fatal kesalahannya. KJV dan NIV menggunakan kata “doctrine” yaitu pengajaran, tentu berdasarkan Firman Tuhan yang murni. Banyak orang percaya menggunakan ayat untuk kepentingan pribadinya seperti untuk mendukung kesaksiannya padahal Firman Tuhan tidak berbicara seperti itu, termasuk mengenai “penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran… (Yohanes 4:23)” maka kita harus berbahasa roh. Padahal ayat itu tidak berbicara berbahasa roh, terus mengutip ayat Yohanes 4:23 seakan-akan benar. Dalam hal inilah orang percaya harus mengawasi diri dan pengajaran yang kita terima, apakah sesuai dengan Firman Tuhan apa tidak. Tentu mengawasi pengajaran bukanlah kritik, tetapi memberikan diri mencari kebenaran Firman Tuhan yang murni, sehingga mengalami kedewasaan di dalam Kristus.
2.     Pengajaran Firman Tuhan yang murni akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau.
Hal yang sama dengan penjelasan yang diatas, saat memandang Allah dengan pola pikir yang salah akan fatal, dan sebaliknya memandang Allah dengan cara yang benar sesuai Firman Tuhan akan menyelamatkan diri kita. Dalam hal inilah orang percaya harus belajar Firman Tuhan bukan hanya para pendeta,atau  missionaris saja, melainkan seluruh orang percaya.

Renungan: Pola pikir yang salah, saat saat mengatakan bahwa Pendeta atau missionaris saja yang belajar Firman Tuhan. Tetapi seluruh orang percaya harus mempercayai kebenaran Firman Tuhan.

Friday, January 6, 2017

Apakah orang Kristen boleh merokok?

Pendahuluan
Tulisan ini bukan untuk menyindir orang Kristen yang masi merokok, tetapi biarlah Firman Tuhan yang memberikan kebenarannya. Sebab orang Kristen yang masih merokok terkadang memberikan alasan bahwa merokok tidak dilarang di Alkitab karena tidak pernah tertulis di Alkitab, bahkan dalam Perjanjian Baru segala sesuatu adalah halal bagi orang Kristen yang pencinta rokok.

Isi
            Kata “Rokok” memang tidak ada dalam Alkitab. Saat itu memang tidak mengenal rokok, tetapi kita bisa melihat prinsip-prinsip etika dalam Firman Tuhan,  nilai-nilai yang baik atau tidak baik, yang dibolehkan atau tidak dibolehkan.

Kita akan melihat prinsip-prinsip dalam 1Korintus 6:12, yaitu “Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apapun.”

1.      Apakah merokok “berguna”?
Justru sebaliknya rokok memberikan dampak yang negative, dari artikel “www.alodokter.com” bahwa 20% kematian akibat penyakit jantung karena kebiasaan merokok, 50% menyerang stroke, menyebabkan kanker pada lidah, tenggorakan, bibir dan pita suara dan paling berbahaya dari merokok yaitu mengakibatkan kanker paru-paru, dan damapak kepada organ-organ yang lainnya. Dalam hal ini bahwa segala sesuatu halal, tetapi bukan semuannya berguna termasuk merokok yang memberikan dampak negatif bagi kesehatan, maka jangan merusak diri kita sendiri sebab kita adalah bait Allah yang harus dijaga (1Korintus 3:16 “Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?”)
2.       Apakah merokok membuat “kecanduan atau ketagihan”?
Paulus mengatakan “aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apapun.”. Tentu saja rokok membuat kecanduan karena terdapat Nikotin yang membuat ketagihan, sehingga seorang akan menghisap kembali rokok tersebut untuk membuat ketenangan yang sementara. Dalam hal tersebut seseorang dapat diperhamba oleh rokok. Jadi, dalam prinsip-prinsip 1Korintus 6:12 “merokok” tidak diperbolehkan bagi orang percaya sesuai dengan penjelasan yang diatas.
        
    Kita akan melihat prinsip-prinsip dalam 1Korintus 10:23 “  "Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. "Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun. Merokok tidak membangun orang-orang disekeliling kita, malahan merugikan bagi orang disekelilingnya. Perokok Pasif  menjadi korban (orang yang tidak merokok namun telah menghirup asap dari orang yang merokok), hal tersebut memberikan dampak negative bagi orang yang tidak merokok namun menghirup asap orang yang sedang merokok yaitu berdampaknya pada pembulu darah, darah menjadi menggumpal, sehingga memberikan dampak stroke dan serangan jantung. Jadi, merokok tidak memberikan dampak atau membangun baik jasmani dan rohani orang sekitarnya. Dalam hal ini prinsip-prinsip 1Korintus 10:23 “merokok” tidak diperbolehkan bagi orang percaya sesuai dengan penjelasan yang diatas..


Renungan: Jika merokok merugikan diri sendiri dan orang lain, kenapa kita harus mempertahankannya? “Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri…” (Markus 12:31).


Thursday, January 5, 2017

Pertumbuhan manusia batiniah sangatlah penting.


            Kehidupan manusia batiniah harus mengalami pertumbuhan rohani yang dewasa (jiwa yang sehat), karena saat kedatangan Tuhan Yesus Kristus yang diperhatikan bukanlah hal yang jasmani, melainkan  manusia batiniah. Maka saat anda punya banyak rumah, harta berlimpah bahkan keliling dunia Eropa dan Asia, bukan menjadi jaminan kesuksesan, jika manusia batiniahnya sedang mengalami kerusakan, kehidupan kerohaniannya sedang mengalami kecacatan.

            Dalam 2 Petrus 3:18, berkata “Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. Bagi-Nya kemuliaan, sekarang dan sampai selama-lamanya.” Rasul Petrus memberikan pesan penutup setelah dia menjelaskan mengenai kedatangan Tuhan Yesus Kristus (2 Petrus 3:1-16) agar tetap bertumbuh dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan Yesus. Hal inilah yang harus disukseskan oleh setiap orang percaya menjelang kedatang Tuhan Yesus Krsitus, maka kesuksesan tersebut akan terbukti saat Dia datang sebagai Hakim. 
Renungan ini memberikan kita penjelasan bahwa pertumbuhan kerohanian orang percaya sangatlah penting, karena kesuksesan sesungguhnya yaitu berada dalam Kerajaan Allah untuk memerintah selama-lamanya.



Menjadi Tua dan Meninggal itu pasti! Bagaimanakah dengan kehidupan batiniah kita?


            Realita kehidupan bahwa manusia dilahirkan kelak menjadi tua dan pada akhirnya meninggal. Hari bertambah hari jasmani akan merosot, fisik tidak kuat lagi melakukan aktifitas yang terlalu keras, tetapi batiniah (jiwa manusia) tidak akan mengalami kemerosotan jika mempunyai hubungan pribadi dengan Allah.

            Dalam 2 Korintus 4:16 “Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.” Kata “manusia batiniah” menunjuk kepada “jiwa manusia” ὁ ἔσω ἄνθρωπος, (o eso anthropos). Jiwa manusia yang diisi dengan pengenalan akan Allah, tentu akan dibaharui dari sehari ke sehari. Hal tersebut memberikan esensi kehidupan atau hal yang terpenting dalam kehidupan manusia ialah “manusia batiniah” yaitu jiwa kita yang harus dibahurui dari sehari ke sehari oleh pengenalan akan Kristus. Menjadi perenungan dalam kehidupan sehari-hari, jika kita sudah mati-matian (berkerja) untuk bisa hidup bahkan memiliki harta yang berlimpah di dunia yang fana ini, apakah kita juga sudah mati-matian mencari kebenaran Firman Tuhan yang akan memperbaharui kehidupan orang percaya sebagai bekal di kehidupan kekal nanti ?

            Renungan: Tubuh boleh mengalami tekanan selama ada di dunia yang fana, tetapi manusia batiniah tetaplah harus bertumbuh dalam Tuhan Yesus Kristus.

            

Tuesday, January 3, 2017

Berbuah itu harus mengalami proses.


            Pada saat musim Desember ke Januari biasanya banyak yang panen musim buah Durian, apalagi Durian Medan enak banget. Tetapi pohon Durian tersebut bisa berbuah karena mengalami proses terlebih dahulu sehingga buahnya bisa dinikmati. Tentu sebagai orang percaya juga harus berbuah, namun untuk kita berbuah dibutuhkan adanya proses yang harus dilalui.

Dalam renungan tersebut juga dikatakan dalam Yakobus 1:4 “Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun. Kata “buah yang matang” menunjuk kepada kedewasaan atau pertumbuhan rohani dalam bahasa Yunani ialah τέλειον (Teleion), bahwa untuk memiliki “teleion” (kedewasaan, pertumbuhan/berbuah) dibutuhkan proses yaitu ujian terhadap iman (Yakobus 1:3). Saat seorang mengalami berbagai-bagai cobaan atau penderitaan itu adalah ujian terhadap iman untuk mengalami pertumbuhan yang menghasilkan buah yang matang (kedewasaan rohani). Hal ini harus dimengerti sehingga saat mengalami tekanan dari berbagai pergumulan janganlah kecewa, sebab ujian tersebut mendewasakan iman kita.

Hal yang bisa merusak pesan Yakobus 1:4 mengenai berbuah (kedewasaan rohani) melalui penderitaan adalah pengajaran “Teologi Kesuksesan”. Pengajaran yang hanya fokus kepada berkat berkelimpahan secara materi, tidak mengalami kesusahan atau penderitaan, kesuksesan dunia (mobil, rumah dimana-mana, dll) sebagai tanda orang yang beriman. Hal tersebut tentu merusak jemaat sehingga akan mengalami kekecewaan saat mengalami penderitaan atau tekanan hidup. Padahal dalam Yakobus 1:4 memberikan jawaban yang sangat realita dalam kehidupan orang percaya, bahwa penderitaan atau pencobaan yang dialami bukan untuk melemahkan iman, tetapi sebagai pertumbuhan rohani untuk next level.


Renungan: Jika ingin berbuah, maka kita harus mau diproses sehingga memiliki kedewasaan rohani.

Sunday, January 1, 2017

Takdir (sudah ditetapkan Allah) melepaskan tanggung jawab manusia?


            Seorang pernah berkata kepada temannya mengenai kejadian penceraian yang dialami adalah takdir dari Tuhan.  Takdir adalah hal yang tidak bisa diubah oleh manusia, jadi kejadian yang dialami semuanya sudah ditakdirkan  (ditetapkan) dari Tuhan. Hal tersebut akan menghilangkan tanggung jawab manusia dari setiap kejadian yang dialami. Saat manusia berada di neraka mungkin akan berkata sudah ditakdirkan oleh Allah, padahal Allah tidak ingin manusia binasa dalam api yang kekal.

            Takdir (sudah ditetapkan Allah) menghilangkan tanggung jawab manusia, padahal dalam realita kehidupan “apa yang mereka perbuat itulah akibatnya, istilah teologis “tabur tuai”. Jika, manusia sudah ditakdirkan untuk masuk surga atau neraka tentu tidak perlu lagi penginjilan dan sebaliknya. Pengajaran seperti itu akan menghilangkan tujuan Allah mengutus anak-Nya yang tunggal mengenai “Kasih”. Dalam Yosua 24:22   Kemudian berkatalah Yosua kepada bangsa itu: "Kamulah saksi terhadap kamu sendiri, bahwa kamu telah memilih TUHAN untuk beribadah kepada-Nya." Jawab mereka: "Kamilah saksi!". Hal ini memberikan penjelasan bahwa manusia mempunyai tanggung jawab, jika Yosua lebih memilih beribadah kepada TUHAN maka keselamatan yang diterima bukanlah takdir, tetapi kehendak bebas Yosua untuk memilih beribadah kepada TUHAN.

            Dalam Galatia 6:7-9, Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu. Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah. Manusia mempunyai kehendak bebas yang harus dipertanggungjawabkan hidupnya kepada Allah Sang Pencipta, maka orang percaya yang masuk dalam kerajaan-Nya (Surga) itu adalah hasil keputusannya dari kehendak bebas untuk memilih Allah dan Roh Kudus membimbing dalam kedewasaan rohani.


Renungan: Masuk Surga bukanlah takdir, tetapi manusia memiliki tanggung jawab menerima anugrah keselamatan Allah. Jadi, gunakanlah kehendak bebas anda untuk memuliakan Allah.